Batal Jadi Nama Jalan, Aria Wangsakara Diabadikan Jadi Nama Gedung di Puspemkot Tangsel

"Kalau nama jalan itu agak panjang prosedurnya," kata Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie.

Rizki Nurmansyah
Sabtu, 13 November 2021 | 09:05 WIB
Batal Jadi Nama Jalan, Aria Wangsakara Diabadikan Jadi Nama Gedung di Puspemkot Tangsel
Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie ditemui di Puspemkot Tangsel, Jumat (20/8/2021). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

Tak hanya itu, Aria Wangsakara juga merupakan seorang ulama yang menyebarkan agama Islam di Tangerang. Salah satu masjid peninggalannya berada di Lengkong Ulama, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, dekat dengan pemakamannya.

Keturunan Raja

Aria Wangsakara merupakan keturunan Raja Sumedang Larang Sultan Syarif Abdulrohman, lalu menikah sekaligus menetap dengan istrinya Nyi Mas Nurmala, seorang anak Bupati Karawang Singaprabangsa.

Keduanya, kemudian memiliki pengikut sekira 500 orang yang menjadi cikal bakal warga di Lengkong Ulama saat ini.

Baca Juga:Profil Sultan Iskandar Muda, Pahlawan Nasional Berjasa Menyatukan Tanah Melayu

Tonggak awal penyebaran Islam di wilayah itu dengan dibangunnya Masjid Jami Al-Muttaqin. Saat pertama kali dibangun, bangunan masjid masih sederhana. Bangunannya didominasi kayu, atapnya menggunakan genteng dan sebagian temboknya hanya memakai bilik anyaman bambu.

Ketua DKM Masjid Jami Al-Muttaqin, H Ahmad Basri mengatakan, masjid tersebut dibangun oleh Raden Aria Wangsakara untuk menyebarkan agama Islam dan mengusir penjajah.

"Masjid ini pertama kali dibangun oleh Raden Aria Wangsakara. Selain jadi tempat persembunyian, juga menjadi tempat penyebaran agama Islam," katanya bercerita.

Masjid tersebut, kata dia, memiliki luas lahan 515 meter dengan luas bangunan 300 meter. Masjid itu pun menjadi saksi perjuangan Raden Aria Wangsakara memimpin pasukan mewakili Kesultanan Banten melakukan perlawanan perebutan wilayah di Tangerang terhadap VOC Belanda.

Dengan semangat perjuangan selama tujuh bulan berturut-turut, perjuangan berhasil dan memukul mundur VOC Belanda.

Baca Juga:236 Tahun Pangeran Diponegoro, Pahlawan yang Ikut Berperan Memerdekakan Belgia

"Berkat perjuangan beliau mempertahankan wilayah dan menyebarkan agama Islam di sini, akhirnya dulu di kenal sebagai daerah santri. Tapi sekarang udah sedikit pesantrennya," ungkap Basri.

Kakek 71 tahun itu menuturkan, masjid tersebut pernah terancam rata oleh pembangunan yang dilakukan pengembang.

Beruntungnya, rencana itu gagal lantaran wilayah itu dijadikan cagar budaya berupa taman makam pahlawan yang merupakan makam dari Raden Aria Wangsakara. Serta para keluarga dan kiai lainnya yang berdakwah di Pagedangan.

Kebal Peluru

Basri menuturkan, Raden Aria Wangsakara wafat pada 1681 di usia sekitar 66 tahun. Setelah itu, sejumlah tokoh ulama berdatangan untuk melanjutkan menyebarkan agama Islam di Lengkong Kiyai.

Sejumlah tokoh yang dia ingat yakni Syeikh Mustaqim, Mohammad Natsir, dam Syeikh Azhari. Salah satu diantaranya bahkan sempat berperang melawan VOC Belanda hingga ditembaki. Tetapi, pelurunya tak tembus.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini