Bagaimana Nasib MRT Setelah Ibu Kota Negara Pindah ke Nusantara?

Ke depan Jakarta fokus menjadi kota pusat ekonomi dan bisnis skala global.

Pebriansyah Ariefana
Rabu, 02 Maret 2022 | 12:24 WIB
Bagaimana Nasib MRT Setelah Ibu Kota Negara Pindah ke Nusantara?
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria membawa sepeda nonlipat masuk ke MRT Jakarta, Rabu (24/3/2021). [Instagram@arizapatria]

Sejauh ini sudah ada sejumlah lembaga yang menyatakan minat antara lain Asian Development Bank (ADB), Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), bahkan yang terbaru pemerintah Inggris pun ingin ikut serta.

Inggris menyatakan minatnya baru-baru ini dalam pertemuan Menteri Perdagangan Internasional Inggris dengan direksi MRT Jakarta.

PT MRT Jakarta juga melakukan inovasi bisnis sehingga dapat menghimpun kontribusi swasta dari konsep "land value capture" dan "naming rights".

Secara singkat, land value capture merupakan nilai potensi sebuah kawasan jika dilalui oleh MRT.

Baca Juga:Tak Ada Alasan ASN Tolak Pindah ke Ibu Kota Negara Baru, Menteri Tjahjo: Hukumnya Adalah Wajib!

Pendekatan land value capture ini dapat mengedepankan bisnis gaya hidup (lifestyle business).

Sedangkan hak penamaan adalah hak yang diberikan kepada perusahaan yang bekerja sama dengan MRT.

Pada kesempatan itu, William mengumumkan bahwa Stasiun Fatmawati beralih namanya menjadi Fatmawati Indomaret.

Selain itu, stasiun-stasiun yang sudah ada kerja sama naming rights selain Stasiun Fatmawati Indomaret adalah Stasiun Lebak Bulus Grab, Blok M BCA, Stasiun Istora Mandiri dan Stasiun Setiabudi Astra.

Dia menyampaikan, saat ini masih ada beberapa stasiun MRT yang belum mengadakan kerja sama hak penamaan.

Baca Juga:ZBRA Sah Ganti Nama Jadi PT Dosni Roha Indonesia Tbk

Stasiun-stasiun itu antara lain Stasiun Cipete Raya (yang letaknya berada setelah Stasiun Fatmawati), Stasiun Haji Nawi, Blok A, ASEAN, Senayan dan Bendungan Hilir.

Menurut dia, pada awal tahun ini, PT MRT Jakarta melakukan penjajakan dengan sejumlah perusahaan terkait kerja sama naming rights stasiun, antara lain sejumlah Badan Usaha Milik Negara, perusahaan rintisan yang menjadi "unicorn", serta bank.

Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan selama pandemi, MRT mendapatkan keuntungan yang baik dengan bisnis yang ada di luar penjualan tiket ini.

Karena itu, meskipun ada penurunan pendapatan dari tiket kereta MRT pada Februari 2022 akibat penurunan jumlah penumpang selama pandemi Covid-19, namun MRT masih memperoleh MRT di luar tiket mencapai Rp453 miliar.

Sumbernya tak lain adalah dari periklanan, bisnis MRT, penamaan stasiun dan aset yang dimiliki di stasiun, serta pembukaan "co-working space".

Tentunya jumlah penumpang MRT diharapkan bisa terus naik seiring dengan penurunan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat di Jakarta nanti.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini