Bukan Gelombang Panas, BMKG Ungkap Penyebab Suhu Panas di Jakarta Sepekan Terakhir

BMKG mengimbau agr masyarakat selalu menjaga stamina tubuh terutama cairan tubuh. Terutama bagi warga yang beraktivitas di luar ruangan pada siang hari.

Rizki Nurmansyah
Rabu, 11 Mei 2022 | 16:49 WIB
Bukan Gelombang Panas, BMKG Ungkap Penyebab Suhu Panas di Jakarta Sepekan Terakhir
Warga menghalau sinar matahari dengan tangannya saat melakukan aktivitas di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (22/10). [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja]

SuaraJakarta.id - Panas terik yang terjadi beberapa hari belakangan di sebagian besar wilayah Jakarta terjadi akibat beberapa hal. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, selama periode 1-7 Mei suhu di Indonesia berkisar antara 33-36,1 derajat Celcius.

"Suhu maksimum tertinggi hingga 36,1 derajat Celcius terjadi di wilayah Tangerang-Banten dan Kalimantan Utara. Suhu maksimum tertinggi di Indonesia pada bulan April selama 4-5 tahun terakhir sekitar 38,8 derajat Celcius di Palembang pada tahun 2019," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, Rabu (11/5/2022).

Fenomena teriknya suhu udara ini dipicu oleh beberapa hal. Yakni posisi semu Matahari saat ini sudah berada di wilayah utara ekuator yang mengindikasikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau.

"Di mana tingkat pertumbuhan awan dan fenomena hujannya akan sangat berkurang, sehingga cuaca cerah pada pagi menjelang siang hari akan cukup mendominasi," katanya.

Baca Juga:77 Perusahaan di Jakarta Barat Tidak Mau Bayar THR Idul Fitri Secara Penuh, Ada Kantor Kamu?

Guswanto juga menyebut dominasi cuaca yang cerah membuat tingkat awan menjadi rendah. Sehingga menyebabkan kondisi suhu yang dirasakan oleh masyarakat menjadi cukup terik pada siang hari.

Suhu terik yang kerap dirasakan belakangan ini, kata Guswanto, bukan merupakan fenomena gelombang panas.

Menurut World Meteorologi Organization (WMO) gelombang panas di Indonesia ini bukan merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut dimana suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5 derajat Celcius atau lebih.

"Fenomena gelombang panas ini biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika yang dipicu oleh kondisi dinamika atmosfer di lintang menengah. Sedangkan yang terjadi di wilayah Indonesia adalah fenomena kondisi suhu panas dalam skala variabilitas harian," jelasnya.

Kondisi ini, lanjut Guswanto, harus terus diwaspadai hingga pertengahan bulan Mei ini.

Baca Juga:Pemudik Sepeda Motor Tiba di Jakarta

BMKG mengimbau agr masyarakat selalu menjaga stamina tubuh terutama cairan tubuh. Terutama bagi warga yang beraktivitas di luar ruangan pada siang hari.

"Ini agar masyarakat tidak terjadi dehidrasi, kelelahan dan dampak buruk lainnya," pungkasnya.

Kontributor : Faqih Fathurrahman

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini