SuaraJakarta.id - Krisis air bersih yang dialami Warga RW 11 Kelurahan Pengadungan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat (Jakbar) sudah empat bulan lamanya dirasakan mereka. Hingga kini, warga di enam RT wilayah RW 11 masih belum tahu kepastian pasokan air bersih dari PAM Jaya bisa dinikmati kembali.
Saat ditemui Suara.com, Humas RW 11 Kelurahan Pengadungan, Agung hanya mengetahui alasan warga yang berada di enam RT terhambat mendapat pasokan air bersih karena kerusakan pipa yang berada di wilayah Gedong Panjang, Tambora.
Tak hanya di titik tersebut, pihak PAM Jaya juga menjelaskan sedang ada perbaikan instalasi di Hutan Kota Srengseng, Kebon Jeruk, Jakbar.
"Alasan kemarin ada perbaikan instalasi di Hutan Kota Srengseng. Kedua, ada kebocoran pipa daerah Gedong Panjang, daerah Kota Tua sana. Dampaknya sampai sini," katanya saat ditemui Suara.com, Jumat (6/10/2023).
Ia mencatat enam RT yang kesulitan mendapat air bersih tersebut meliputi RT 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. Titik RT tersebut menjadi wilayah terdampak dari total 11 RT di wilayah RW 11.
"Nggak semua warga, kalau kayak warga RT 1, 2, 3, dan 11, itu bagian depan, masih keluar," katanya.
Diakuinya, selama ini warga di enam RT tersebut mengandalkan suplai air bersih dari PAM Jaya yang disalurkan melalui mobil tangki. Menurutnya, Ketua RW sudah berkoordinasi dengan PAM Jaya.
"Dia (PAM JAYA) tanggung jawab, kadang kirim lima tangki dalam sehari, kadang empat," katanya.
Walau ada solusi penyaluran air bersih menggunakan truk tangki, kenyataannya yang terjadi kerap kali pihak PAM terlambat datang.
Baca Juga:Komunitas Warung Tegal Ringankan Beban Warga dengan Berbagi Ceria dan Salurkan Air Bersih Gratis
Ia mencontohkan, saat Ketua RW menghubungi pihak PAM Jaya minta pasokan air bersih pada pagi hari, tetapi mobil tangki air bersih baru tiba di sore hari. Bahkan, sempat hingga malam baru tiba.
"Pak RW nelepon jam 08.00 pagi, mobil kadang datang jam 17.00. Kadang habis magrib. Nggak menentu, kadang nelepon malam, besok sore baru datang, kadang jam 10.00 pagi," ujarnya.
Agung mengakui ketergantungan warga terhadap air PAM sangat tinggi. Ia mengemukakan bahwa mayoritas warga tidak menggunakan air tanah atau sumur bor.
Sebab, air tanah di kawasan permukiman penduduk tersebut terlalu asin dan banyak mengandung garam.
"Air tanah di sini asin, karena kan nggak begitu jauh dari laut, sehingga bikin pompa air rusak akibat karat,” ucapnya.
Rela tak mandi
Pengakuan kesulitan air bersih diungkapkan Warga RT 09/RW 011 Samiyem. Ia terpaksa mandi dua hari sekali untuk mengirit air bersih demi kebutuhan harian.
"Mandi ya paling dua hari sekali. Habis sayang kalau beli air cuma buat mandi," katanya.
Ia mengemukakan, sebelumnya bersama warga lain masih merasakan bantuan air bersih yang dikirim PAM Jaya melalui mobil tangki.
Namun dalam sepekan terakhir hal itu tidak lagi dirasakan.
Ia juga mengatakan, bahwa bantuan air bersih melalui mobil tangki sebenanya tidak terlalu efektif. Selain harus berebut dengan warga lainnya, hal itu juga memakan banyak tenaga, karena jarak antara mobil dan rumahnya cukup jauh.
"Kemarin itu pas ada bantuan air pakai mobil, saya cuma dapat dua galon. Capek harus gotong-gotong. Kalau yang ada motor enak, dia pakai motor," katanya.
Lantaran itu, ia pun terpaksa memenuhi kebutuhan air bersih dengan mengeluarkan biaya lagi. Itupun tidak cukup untuk mandi.
"Sehari bisa lima jeriken, itu tidak termasuk air untuk konsumsi. Untuk konsumsi itu kita beli galon isi ulang. Kalau untuk nyuci kita terpaksa laundry,” katanya.