Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Kamis, 15 Oktober 2020 | 10:12 WIB
[Suara.com/Ema Rohimah]

Lebih lanjut, Tony mengatakan kekuatan buruh yang turun tak bisa dipandang sebelah mata, apalagi ditambah gelombang demonstrasi dari mahasiswa.

Makanya, kata dia, tak heran pemolakan atas Omnibus Law ini menciptakan massa besar dari elemen buruh dan mahasiswa di mana-mana.

“Buruh demo, massa yang turun sangat besar. Mahasiswa demo, jumlah massa yang turun juga sangat besar. Dan 13 oktober kemarin, FPI, PA 212 dan GNPF juga menurunkan massa yang sangat besar. Dan semua demo ini berakhir dengan kericuhan dan penangkapan,” kata dia.

Ratusan demonstran yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) berunjuk rasa menolak pengesahan Undang-undang Cipta Kerja di Alun-alun Serang, Banten, Rabu (14/10/2020). [ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman]

Soal penangkapan beberapa aktivis Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Tony menganalisis momentum ini bisa menggandakan perlawanan rakyat dan mahasiswa pada rezim Jokowi.

Baca Juga: Tolak UU Cipta Kerja, Buruh GBJ akan Longmarch Geruduk Istana Hari Ini

Nah andaikata demonstrasi menolak Omnibus Law tidak surut usai penangkapan aktivis, menurut Tony, rezim mesti waspada.

Tapi sebaliknya, jika penangkapan aktivis ini kemudian menyurutkan demonstrasi tolak Omnibus Law, maka rezim Jokowi aman.

“Tapi, jika penangkapan terhadap demonstran dan para tokoh tidak mampu meredam demo, tapi sebaliknya, justru mendorong eskalasi demo makin membesar, maka akan menjadi persoalan serius buat rezim saat ini,” ujarnya.

Dalam situasi kekecewaan makin memuncak, pulangnya Habib Rizieq bisa memberi efek kejut, menurut Tony.

Dia mengatakan kekuatan dan kharisma Habib Rizieq, jika pulang ke Indonesia di tengah demonstrasi tolak Omnibus Law, bisa melahirkan revolusi.

Baca Juga: Profil Marissa Haque Terlengkap

Demo buruh di Jalan Harmoni (ist)

“Revolusi ala HRS ‘tidak menutup kemungkinan’ bisa terjadi,” katanya.

Load More