Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Minggu, 25 Oktober 2020 | 09:05 WIB
Masjid Agung Nurul Yaqin atau lebih dikenal dengan Masjid Pintu Seribu yang terletak di Kampung Bayur, Kelurahan Priukjaya, Kecamatan Priuk, Kota Tangerang. [Suara.com/Ridsha Vimanda Nasution]

"Mereka yang datang setelah berziarah ke makam beliau (Syekh Ami Alfaqir), langsung ke tempat pintu seribu. Di situ mereka berzikir dan mengingat mati," sebutnya.

Rusdi, juru pelihara Masjid Pintu Seribu yang terletak di Kampung Bayur, Kelurahan Priukjaya, Kecamatan Priuk, Kota Tangerang. [Suara.com/Ridsha Vimanda Nasution]

Ruangan Perenungan

Suara.com semakin penasaran tentang ucapan Rusdi tersebut. Dia pun mengajak ke dalam Masjid Pintu Seribu.

Rusdi membuka pintu berukuran sekitar 1x2 meter yang memang sengaja dikunci. Saat masuk ke dalam, terlihat sekitar dinding banyak kaligrafi dengan tulisan bahasa arab.

Baca Juga: Hari Santri 2020, Probolinggo Promosikan Wisata Religi di Museum Rasulullah

Hiasan-hiasan di dinding itu ternyata baru awal menuju pintu labirin, tempat banyaknya ruangan-ruangan untuk perenungan.

Dipandu dengan Rusdi, Suara.com mencoba lebih masuk ke dalam labirin.

Masuk ke dalam harus merundukan kepala sedikit karena tingginya hanya 150 sentimeter.

Bahkan, semakin berjalan ke dalam semakin sempit dan gelap. Lengan kanan dan kiri juga menyentuh dinding-dinding tembok.

Rusdi menerangi jalan dengan senternya sambil bersalawat.

Baca Juga: Cerita di Balik Makam Sepanjang 8 Meter di Serang Banten

"Di sini lah banyak ruangan-ruangan sempit dan gelap sebagai tempat untuk berzikir dan merenung akan ingat mati," ungkapnya.

"Jadi, yang masuk ke dalam sini seolah kita memang merasakan berada di dalam kubur, dengan kondisi sempit, gelap dan tidak ada lampu," sebutnya.

Rusdi, juru pelihara Masjid Pintu Seribu yang terletak di Kampung Bayur, Kelurahan Priukjaya, Kecamatan Priuk, Kota Tangerang, menunjukkan ruang labirin untuk perenungan. [Suara.com/Ridsha Vimanda Nasution]

Menangis Histeris dan Tak Kuat

Suara.com sudah berjalan sekitar 20 meter dari pintu masuk awal. Seperti terbatas untuk menghirup udara karena suasana semakin pengap dan lembab.

Sepanjang jalan di dalam memang terlihat banyak sekat tembok bata yang tidak di plester berukuran 1x1 meter. Bawahnya juga tak berlantai, hanya tanah.

"Mau terus lagi ke dalam. Lorong ini panjangnya sampai 200 meter dengan banyak ruangan seperti ini. Saya sendiri belum pernah menghitung ada berapa ruangan ini," tuturnya.

Load More