Mereka, tinggal di dalam satu rumah pengungsian yang diperkirakan dihuni oleh 40 orang lebih dan berkeluarga.
Padahal, petugas dari Puskesmas Pisangan yang melakukan tes swab sempat melarang para WNA itu berkeliaran dan meminta kembali masuk ke rumahnya masing-masing.
Warga Resah
Setelah ada dua Warga Negara Asing (WNA) pencari suaka positif Covid-19, membuat warga Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan pun resah.
Baca Juga: Canggih! Tes Swab Covid-19, Hasilnya Cuma 12 Menit
Ketua RT 01 RW 11 Kelurahan Pisangan Yogiantoro saat memantau pelaksanaan tes swab massal kepada puluhan WNA.
Dia mengaku, banyak mendapat keluhan dari warga lantaran merasa resah dan was-was ada WNA di lingkungannya positif Covid-19.
"Banyak warga yang ngeluh dan was-was," kata Yogi.
Yogi pun penilai, tempat pengungsian para pencari suaka konflik itu sudah overload lantaran dihuni oleh sekira 40 orang, suami-istri dan anak-anaknya.
"Kapasitas sebetulnya tidak layak. Kalau rumah segini paling juga cukup 3 keluarga . Tapi ini kan di dalam berapa keluarga, 40 orang. Bayangin aja. Kalau satu kena, pasti bahaya banget," ungkap Yogi.
Baca Juga: Mau Tes Swab Mandiri di Bali? Segini Harganya
Semenjak Covid-19 mewabah di Kota Tangsel, Yogi mengaku, sudah mengadukan soal kapasitas tempat pengungsian para pencari suaka itu yang dianggapnya sudah overload.
"Udah pernah dikeluhkan. Saya pernah ngomong tapi saya enggak ngerti ini arahnya kemana. Saya ngeluh ke IOM untuk pembatasan, tapi enggak ada tanggapan. Udah 10 tahun ini pak. Kapasitasnya overload. Banyak warga yang kebertaan di sini, tapi saya juga belum tahu klaimnya gimana. Apalagi ada Covid gini banyak keluhan warga yang was-was. Tapi yaudahlah mereka juga manusia, kita nggak bisa bantu, yaudah. Saya hanya berusaha meredam warga," papar Yogi.
Hingga saat ini, Yogi pun belum mendapatkan data-data terkait para WNA yang tinggal di wilayahnya itu.
"Sampai sekarang saya belum punya data sama sekali sejak saya menjabat RT 2019. Keluar masuknya juga saya enggak tahu, dari pihak IOM dan kelurahan juga enggak ada laporan," pungkasnya.
"Semenjak Covid kita berjaga-jaga. Tapi warga kita kemampuannya terbatas, jadi kalau negur itu agak susah. Kedepannya saya kepingin setiap (tempat) imigran ada pengelolanya lapor, enggak liar gini," ujarnya.
Kontributor : Wivy Hikmatullah
Berita Terkait
-
Potret Pengungsi dan Pencari Suaka Demo di Kantor UNHCR
-
Minta Kembali, Para Pencari Suaka Geruduk Kantor UNHCR
-
'Premanisme Sayap Kanan', PM Inggris Kecam Penyerangan Hotel yang Tampung Pencari Suaka
-
Harapan di Tengah Gelombang, Momen Dramatis Penyelamatan 600 Migran di Laut Tengah Menuju Eropa
-
Belasan Pencari Suaka di Depan UNHCR Ditertibkan, Ditampung di Rumah Detensi Imigrasi
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas Termurah: Tahun Muda Banget, Harga Kisaran Rp90 Jutaan
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Sekaliber Avanza tapi Jauh Lebih Nyaman, Kabin Lega, lho!
- 5 Rekomendasi Skincare Hanasui Untuk Usia 50 Tahun ke Atas: Wajah Cerah, Cuma Modal Rp20 Ribuan
- Infinix Hot 60i Resmi Debut, HP Murah Sejutaan Ini Bawa Memori 256 GB
- 5 Pilihan HP Xiaomi Termurah Rp1 Jutaan: Duet RAM GB dan Memori 256 GB, Performa Oke
Pilihan
-
Sri Mulyani Ungkap APBN Tahun Terakhir era Jokowi Bekerja Keras
-
Sri Mulyani "Nyentil" DPR: Tepuk Tangan Loyo Meski Ekonomi Tumbuh, Belum Makan Siang Ya, Pak?
-
5 Rekomendasi HP OPPO Murah Rp1 Jutaan, Terbaik buat Gaming dan Multitasking
-
5 Bulan Pertama 2025, Ekspor Indonesia Melonjak 6,98 Persen
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan dengan Desain Mirip iPhone Boba Tiga, Terbaik Juli 2025
Terkini
-
Beli Mobil Bekas atau Mobil Baru? Ini Tips untuk Keluarga Muda
-
Cuma Sekali Klik, Incar Saldo Gratis Lewat Link Aktif DANA Kaget di Sini
-
6 Warna Cat Jotun yang Bikin Rumah Minimalis Jadi Instagramable
-
Bank Mandiri Borong 16 Penghargaan FinanceAsia Awards 2025: Akselerasi Komitmen Berkelanjutan
-
Apa Itu Dinding Kamprot? Pelajari Cara Membuat Beserta Kelebihan Dan Kekurangannya Untuk Rumah