Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Senin, 09 November 2020 | 15:43 WIB
Muspika Dramaga melakukan sidak ke lokasi bangkai bus TransJakarta, Bogor, Jawa Barat, Senin (9/11/2020). [Suara.com/Andi Ahmad Sulaendi]

SuaraJakarta.id - Muspika Dramaga melakukan sidak ke tempat pembelahan ratusan bus TransJakarta di sebuah lahan. Tepatnya di Jalan Raya Dramaga, Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (9/10/2020).

Hal tersebut disebabkan adanya aktivitas pembelahan ratusan bus TransJakarta, yang menyebabkan polusi udara hingga mengganggu warga di Perumahan Pakuan Regency.

Kepala Desa Dramaga, Yayat Supriatna mengatakan, pada hari ini pihaknya kembali melakukan sidak ke tempat penyimpanan bus TransJakarta yang sebelumnya pernah dilakukan pada awal Oktober 2020 lalu.

Menurutnya, adanya aktivitas pembelahan bangkai bus TransJakarta ini menyebabkan warga terganggu. Karena, adanya polusi udara yang disebabkan adanya pembakaran.

Baca Juga: LPSK Siap Lindungi Saksi yang Bongkar Pelaku Pembakaran Halte Transjakarta

"Ini yang kedua kali. Kemarin sore saya mendapatkan laporan dari warga. Mereka terganggu adanya aktivitas pembakaran di lokasi bus TransJakarta ini, makanya hari ini kita lanjut dengan kelurahan Margajaya, Kota Bogor. Bahwa kegiatan pemotongan bus TransJakarta di sini kembali mengakibatkan pencemaran udara," katanya saat ditemui SuaraJakarta.id di lokasi.

Dari hasil sidak kali ini, pihaknya bersama Muspika Dramaga mendapatkan adanya aktivitas pembakaran bus TransJakarta yang menyebabkan bau, dan menyebabkan gangguan kepada pernapasan.

Tidak hanya itu saja, dari aktivitas pembelahan bangkai bus TransJakarta itu juga menyebabkan mata menjadi perih.

"Makanya saya cek dengan Babinsa, Babinkamtibmas, Pol PP kecamatan bahkan tadi ada dari anggota Polsek Dramaga, yang turut serta melakukan sidak," imbuhnya.

Dibanding pada sidak pertama, kata Yayat, aktivitas di lokasi bangkai bus TransJakarta ini ternyata banyak titik pengerjaan.

Hal itu tentu menyebabkan banyaknya asap yang keluar saat pengerjaan pembelahan tersebut.

Baca Juga: Jangan Takut, LPSK Siap Lindungi Saksi Kasus Pembakaran Halte Transjakarta

"Kita lihat ada pengerjaan di beberapa titik dibandingkan pertama kali sidak. Sehingga asap yang dikeluarkan dari aktivitas itu mungkin lebih banyak, dibandingkan dengan yang pertama kami sidak," jelasnya.

"Kita tadi menghimbau kepada pekerja, agar pada pengerjaan bagaimana caranya asap tidak mengepul ke udara. Artinya, sambil ngelas sambil siapkan air. Ngebul, disemprot. Hanya yang saya lihat masih menggunakan cara yang alakadar. Saya kira dengan cara begitu bisa meminimalisir asap yang membumbung ke udara," sambungnya.

Yayat juga heran, adanya penyimpanan bus TransJakarta di lokasi Dramaga ini belum ada izin ke pihak desa maupuk kecamatan.

Bahkan, adanya aktivitas pembakaran atau pembelahan bangkai bus juga tidak ada pemberitahuan sama sekali.

"Kalau izin terkait dengan kegiatan ini, dari mulai penyimpanan bus pun tidak ada izin, termasuk adanya kegiatan pemotongan bus di sini, tanpa ada koordinasi dengan pihak desa dan kecamatan. Bingung, soalnya di pusat (Jakarta) langsung, jadi kita juga agak kagok," paparnya.

Ia menambahkan, jika memang sidak kali ini masih tidak digubris, maka pihaknya akan melakukan penindakan lebih lanjut secara tegas.

"Saya untuk hal ini memang untuk kewenangan tidak ada, satu sifatnya hanya mengimbau, bagaimana mereka menyiasati ada kepulan asap dan semakin banyak bisa diminimalisir, termasuk Muspika juga tidak ada himbauannya tidak di gubris, peringatan tidak ditaati maka akan melakukan langkah lain dan upaya lain," tukasnya.

Sementara itu, Ketua RT05 di Perumahan Regency, Iman Hanafi (36) memaparkan, mulai terasa bau tak sedap dari aktifitas pembakaran bangkai bus TransJakarta itu pada awal Oktober 2020.

"Saya mulai merasakan bau itu pada awal Oktober, itu terasa sekitar jam 09.00 WIB sampai jam 21.00 WIB. Asap yang dikeluarkan itu menyengat ke pernapasan, dan ke mata juga tidak enak apalagi kalau setiap hari, uhh itu rasanya gimana gitu, mengganggu," paparnya.

Ia mempersilakan kepada pihak yang mengerjakan pemotongan bangkai bus TransJakarta itu. Tapi, harus ada sosialisasi dulu kepada warga dan desa serta kecamatan.

"Silakan dikerjakan, asalkan tidak ada asap lagi ke sini. Minimal ada omongan juga ke warga dan kecamatan serta desa, kelurahan juga. Setidaknya saya sebagai RT bisa menjelaskan ini kepada warga lainnya," tutupnya.

Saat SuaraJakarta.id mencoba menghampiri mandor dari aktivitas pemotongan bangkai bus TransJakarta tersebut, enggan memberi komentar sedikitpun.

Diberitakan sebelumnya, ratusan bus TransJakarta disebuah lahan tepatnya di Jalan Raya Dramaga, Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat terlihat dibelah atau dihancurkan, Senin (2/11/2020).

Seorang mandor di lokasi bus berada, Fakhrul Roji mengatakan, saat ini pihaknya melakukan pekerjaan pembongkaran bangkai bus Transjakarta tersebut untuk diolah kembali.

"Yang kita potong ini hampir 20 lah dari 300 bus yang ada di sini (Dramaga). Nanti bangkai bus ini akan dikirim ke tempat peleburan di daerah Cakung Jakarta Timur," katanya saat ditemui SuaraJakarta.id dilokasi.

Ia mengungkapkan, untuk pekerja yang melakukan penghancuran bangkai bus Transjakarta itu ia menyediakan karyawan sebanyak 100 orang lebih.

Menurutnya, pengerjaan satu bus membutuhkan waktu satu hari lebih dengan dikerjakan oleh empat sampai lima orang.

"Kalau cepat satu tim bisa satu hari lebih penghancuran ini. Petugas yang menghancurkan ini ada sekitar empat sampai lima orang," akunya.

Pria yang disapa Oji itu enggan menyebutkan perusahaan mana yang mendapatkan tender penghancuran bangkai bus Tansjakarta tersebut.

"Saya mandornya di sini. Yang ngerjain pihak perusahaan, ini kan sudah dilelang, pokoknya Pak Ferry orang Brebes yang dapat tender ini," ucapnya.

Ia menjelaskan, dalam penghancuran bangkai bus Transjakarta tersebut ia harus menyediakan sekitar ratusan tabung gas.

Tujuannya untuk membakar badan bus dan memotong menjadi beberapa bagian.

"Tiap hari saya harus menyediakan 40 tabung gas LPG, dan gas oksigen saya bawa dari Cirebon kurang lebih 300 gas. Untuk bakar dan memotong badan bus," jelasnya.

"Pokoknya semuanya ini akan dilebur, nanti kan bisa jadi besi lagi ketika sudah diolah, untuk ban kita kumpulkan juga, itu juga kita akan lebur," sambung Oji.

Kontributor : Andi Ahmad Sulaendi

Load More