Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana | Hadi Mulyono
Selasa, 24 November 2020 | 06:55 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengunggah foto tengan membaca buku berjudul "How Democracies Die", Minggu (22/11/2020). [Twitter@@aniesbaswedan]

SuaraJakarta.id - Pengamat Politik Rocky Gerung membaca Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pamer baca buku berjudul "How Democracies Die" atau "Bagaimana Demokrasi Mati" sebagai usaha pamer kekuatan. Anies tengah memberikan sinyal soft power.

Anies mendadak ramai dibicarakan publik setelah menyapa publik melalui akun Twitter miliknya @aniesbaswedan, Minggu (22/11/2020) pagi.

Anies menulis sebuah ucapan selamat menikmati Minggu pagi disertai dengan sebuah foto dirinya yang sedang membaca buku.

Buku yang dipegang Anies tersebut berjudul "How Democracies Die" atau "Bagaimana Demokrasi Mati".

Baca Juga: Anies Baswedan Baca Buku Soal Demokrasi, Refly Harun: Sindiran Keras

"Selamat pagi semua. Selamat menikmati Minggu pagi," tulis Anies Baswedan melengkapi narasi foto yang diunggahnya.

Cuitan Anies Baswedan (Twitter/AniesBaswedan).

Unggahan yang menarik perhatian publik itu, akhirnya mendapat tanggapan pedas dari pengamat politik Rocky Gerung.

Disadur dari hops.id -- jaringan Suara.com, apa yang diunggah Anies sangat menarik untuk diamati karena kita dianggap telah masuk pada duel politik yang sifatnya abstrak.

Cara tersebut, kata Rocky, dinilai lebih elegan dari pada aksi penurunan baliho tokoh sentral Habib Rizieq Shihab, dan memaki-maki artis seksi Nikita Mirzani.

"Enggak perlu begitu. Anies hanya kasih contoh, saling kirim sinyal dengan cara-cara soft power. Tentu dengan judul-judul yang satire, dan lucunya di sebelahnya (meme viral), ada foto Jokowi baca Sinchan,” kata Rocky disitat dari kanal Youtube-nya, Senin (23/11/2020).

Baca Juga: Anies Unggah Baca Buku 'How Democracies Die', Akademisi USU: Gimik Politik

Rocky menyebut cara ini sebagai sebuah pertarungan yang menarik ketimbang melakukan aksi panas seperti halnya manuver show off force di Petamburan.

Rocky Gerung. (YouTube/ Akbar Faizal Uncensored)

“Mestinya begituan kan, bertanding begituan saja, saling meledek dengan kemampuan intelektual,” imbuhnya.

Selain itu, ia juga mengkritik buruknya sikap pemerintah dalam menanggapi persoalan beberapa pekan terakhir.

Kata dia, seolah tengah terjadi pemburukan terhadap demokrasi, bahkan membuatnya tidak tertahan lagi.

Sebab menurutnya, istana dianggap tidak punya orkestrasi yang mengabstraksikan politik sebagai sesuatu yang konseptual.

“(Mereka) Justru terpancing oleh kehadiran Habib Rizieq, lalu Istana kumpulkan buzzer, dimulai dengan rapat rahasia yang belakangan terbongkar. Persoalan kita saat ini (harusnya) agar supaya suhu politik tetap panas, tapi tidak membakar. Maka itu perlu kemampuan akal, bukan kemampuan buzzer,” kata dia lagi.

Rocky kemudian membeberkan sinopsis buku yang dibaca Anies, terbit pada 2018 itu.

Rumah Rocky Gerung (YouTube).

“Sinopsis buku itu kan agak paradoks, karena dia mau katakan demokrasi justru memburuk, karena mereka yang terpilih secara demokratis justru memperalat opini publik untuk mempertehankan kekuasaan,” ujar Rocky.

“Memperalat oligarki untuk menghabiskan sumber daya, agak ajaib bahwa kita ada di dalam trek demokrasi, tiba-tiba kita kaget bahwa kenapa trek ini menurun. Padahal orang yang kita pilih harusnya paling tidak mempertahankan,” sambungnya.

Load More