Scroll untuk membaca artikel
Arief Apriadi
Jum'at, 25 Desember 2020 | 06:19 WIB
Misa Natal di Tengah Pandemi, Gereja Santo Laurensius Protokol Kesehatan Ketat. [Wivy Hikmatullah/Suara.com]

SuaraJakarta.id - Penerapan protokol kesehatan Covid-19 secara ketat dalam ibadah Misa Natal 2020 juga dilakukan di Gereja Katolik Santo Laurensius, Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan.

Sebelum memulai ibadah, para petugas Misa Natal itu diwajibkan melakukan tes rapid. Totalnya, ada sekira 50 petugas menjalani tes cepat imun tubuh itu. Hasilnya, semua non-reaktif Corona.

Selain tes Covid-19, pihak Gereja Santo Laurensius juga menyiapkan tenda khusus untuk mengamankan jemaat yang suhu tubuhnya berada di atas 37,3 derajat celcius.

Baca Juga: Jakarta Diprediksi Diguyur Hujan di Perayaan Natal Tahun Ini

Sementara untuk tempat ibadah, Gereja Santo Laurensius pun menjamin turut menyemprotkan cairan disinfektan untuk menjamin area ibadah steril untuk digunakan.

Sementara jumlah jemaat yang beribadah Misa Natal pun dibatasi. Hanya 350 jemaat termasuk petugas yang boleh beribadah secara langsung di gereja setiap sesinya.

Jumlah itu terbilang sedikit apabila mengingat kapasitas Gereja Santo Laurensius yang cukup besar. Bangunan megah itu punya daya tampung hingga 2.000 jemaat.

Bahkan sebelum pandemi melanda, jemaat yang hadir bisa lebih banyak lagi, yakni 4.000 hingga 7.000 orang hingga memenuhi area halaman gereja.

Untuk tahun ini, para jemaat yang datang pun hanya mereka yang sudah terdaftar dalam website Gereja Santo Laurensius dan memiliki barcode khusus.

Baca Juga: Hari Raya Natal, 4 Wilayah Jakarta Diprediksi Diguyur Hujan di Siang Hari

"Semua jemaat yang ibadah Misa Natal di gereja harus daftar harus pakai barcode. Usianya pun dibatasi, hanya usia 18-59 tahun, kondisi sehat, tidak sakit. Untuk ibu hamil, tidak diperkenankan," kata Ketua Gugus Tugas Covid-19 Gereja Santo Laurensius, Fransiskus Hartapa, saat ditemui Suara.com, Kamis (24/12/2020).

Pihaknya pun menyiapkan sekira 42 tempat cuci tangan dan di tempatkan di setiap sudut gereja. Sementara kursi para jemaat pun diatur dan ditandai dengan tali agar hanya diduduki satu jemaat setiap kursinya.

Bahkan, baik ruang gereja dan aula yang dipakai sebagai tempat ibadah Misa Natal pun tak menggunakan pendingin udara atau air conditioner (AC). Itu dilakukan, untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi virus Corona.

"Pintu dan jendela semua terbuka. Sempat ada yang protes, tetapi kita semua harus mengerti kondisi saat ini. Demi keselamatan semua, AC dimatikan," ungkap Frans.

Frans menuturkan, Misa Natal ini merupakan kali pertama pihaknya bisa melaksanakan ibadah secara langsung di gereja sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Dirinya pun turut bersyukur bercampur sedih dengan kondisi yang ada.

"Kalau melihat pendapat jemaat itu ada yang sampai menangis terharu ada 7 bulan yang nggak bisa ikut Misa, tapi sekarang bisa. Saya pertama kali ikut aja sudah sangat, sangat.. ya pasti emosional kita berkecamuk," tuturnya.

"Ya ada rasa sedih. Ini suatu kondisi yang secara realita harus kita hadapi, ya kita harus terima. Kita nggak bisa memaksakan diri kemauan kita, tapi kita menyepelekan keselamatan orang lain," sambung Frans.

Makna Misa Natal 2020 itu, lanjut Frans, sebagai momentum untuk meningkatkan rasa peduli terhadap sesama. Terutama peduli terhadap mereka yang terpapar Covid-19. Sehingga bisa saling bahu membahu membantu.

"Setiap kali kejadian membawa berkah. Di Natal ini kita dituntut lebih peka kesetiakawanan lah, yang menderita tidak hanya kita. Tapi, semua orang di dunia ini juga tengah menderita," kata Frans.

"Maka kita syukuri saja, kita harus lebih peka sesama kita. Meskipun di helat sederhana, tapi tidak hilang substansi ibadahnya," pungkas pria yang juga menjabat Wakil Dewan Paroki Gereja Santo Laurensius Alam Sutera, Serpong Utara itu.

Diketahui, Gereja Katolik Santo Laurensius merupakan salah satu dari gereja terbesar di Kota Tangerang Selatan.

Bangunanya pun, terlihat mewah dan megah. Gereja tersebut berada di kawasan Alam Sutera Serpong Utara, yang merupakan kawasan elit masyarakat menengah ke atas.

Kontributor : Wivy Hikmatullah

Load More