Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Senin, 04 Januari 2021 | 16:00 WIB
Produsen tempe rumahan di Tangerang, Senin (4/1/2021). [Suara.com/Hairul Alwan]

"Alhamdulillah karena kita sempat mogok produksi warga juga ngerti ketika kita menaikkan harga," ujarnya.

Lebih lanjut, saat masa pandemi seperti saat ini, penjualan tahu dan tempenya juga berkurang. Biasanya, dalam sehari bisa memproduksi 1 ton kedelai.

"Kalau sekarang paling 6-7 kuintal. Kami harap sih pemerintah mendengar jeritan kami dan membuat aturan untuk menurunkan harga kedelai," pungkasnya.

Sementara itu, pembuat tempe rumahan Iriyono yang berlokasi tidak jauh dari rumah produksi Tahu Sumedang PDAM juga mengeluhkan melonjaknya harga kedelai.

Baca Juga: Harga Tempe di Pasar Bukit Pamulang Capai Rp 10 Ribu, 1 Jam Ludes

"Karena harga kedelai naik, saya harus mengurangi ukuran tempe. Kalau takerannya bisanya 5 ons, sekarang dikurangi jadi 4 ons," katanya.

Karena ukuran semakin kecil, Iriyono mengaku kewalahan menerangkan ke pembeli terkait mahalnya harga bahan baku.

"Banyak yang tanya, kalau saya jelasin aja. Ukuran semakin kecil karena harga kedelainya naik," ungkapnya.

Kontributor : Hairul Alwan

Baca Juga: Saking Langkanya, Tahu dan Tempe di Bandung Jadi Bahan Rebutan

Load More