Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Selasa, 12 Januari 2021 | 07:30 WIB
Bingkai foto keluarga Isti Yudha Prastika bersama ibu dan kakak-kakanya yang sempat jatuh secara tiba-tiba dua pekan lalu, Senin (11/1/2021). [Suara.com/Wivy]

SuaraJakarta.id - Billian Purnama Oktara, kakak Isti Yudha Prastika—korban tragedi Sriwijaya Air SJ 182—mengaku sempat mendapat pertanda terkait musibah yang menimpa keluarganya saat ini.

Dua pekan sebelum sang adik jadi korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Billi mengaku seperti mendapat sebuah isyarat.

Ditemui SuaraJakarta.id—grup Suara.com—di kediamannya di Perumahan Reni Jaya, Pamulang, Tangerang Selatan, Senin (11/1/2021) malam, Billi mengatakan saat itu tiba-tiba bingkai foto keluarga di rumahnya terjatuh tanpa sebab.

Namun, saat itu Billi mengaku belum tersadar bahwa jatuhnya bingkai foto keluarga adalah firasat musibah yang dialami Isti.

Baca Juga: Hari Ketiga Tragedi Sriwijaya Air, Ayah: Masih Kebayang Wajah Isti, Berat!

"Kalau di saya sendiri dua minggu lalu waktu orang tua ke rumah main sama cucu-cucunya di rumah, foto kami jatuh. Jatuh tanpa sebab, kacanya nggak pecah, bingkainya nggak pecah, waktu itu saya lagi sakit. Ooh mungkin karena saya lagi sakit, makanya jatuh," kata Billi.

"Percaya nggak percaya, itu feeling, firasat bingkai jatuh tanpa sebab, pakunya ada, mungkin talinya copot. Tapi ya nggak tahu, firasat atau apa jatuh (biasa) aja, enggak ada angin enggak ada apa, enggak ada yang mukul dinding juga. Itu aja (firasatnya) sebenarnya," sambungnya.

Billian Purnama Oktora, kakak Isti Yudha Prastika, ditemui di kediaman orang tuanya, Senin (11/1/2021). [Suara.com/Wivy]

Masih Berharap Selamat

Meski sudah memasuki hari ketiga tragedi SJ 182 itu terjadi, namun pihak keluarga masih berharap Isti selamat dari insiden nahas di awal tahun 2021 itu.

"Kita sendiri berharap mudah-mudahan Isti masih bisa berenang ke samping (ke tepian), sehat, sampai saat ini masih percaya nggak percaya," ungkap Billi.

Baca Juga: Suami Korban Sriwijaya Air Jatuh: Saya Ikhlas karena Sudah Kehendak Tuhan

Terkini, pihak keluarga enggan menggelar tahlilan atau pengajian untuk Isti Yudha Prastika.

Mereka, masih menunggu kabar Isti 100 persen, baik selamat atau pun tidak selamat dengan ditemukan jasadnya secara utuh.

"Walaupun dapat kiriman bunga, tapi orang tua saya enggak mau ngadain pengajian karena belum yakin. Masih merasa ada kok ada. Makanya belum ada pengajian, bangku kita taruh di sini (di luar) karena banyak tamu yang datang. Masih benar-benar belum percaya, masih nunggu clear 100 persen, makanya kita enggak ada pengajian. Belum rela mengadakan itu," ungkap Billi.

Billi menambahkan, awalnya dia dan keluarganya tak percaya bahwa Isti menjadi korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

Pasalnya, Isti bekerja sebagai pramugari NAM Air bukan Sriwijaya Air. Meski satu manajemen, tapi kedua maskapai itu memiliki pesawat masing-masing sesuai namanya.

"Nggak menyangka Isti ada dalam daftar korban itu, karena Isti kan pramugari di NAM Air. Meskipun satu manajemen tapi nama pesawatnya kan beda NAM Air sendiri dan Sriwijaya juga pesawatnya sendiri," kata Billi.

Billian Purnama Oktara, sedang memasang foto bingkai sang adik, Isti Yudha Prastika, yang menjadi korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 saat ditemui di kediamannya, Senin (11/1/2021). [Suara.com/Wivy]

Telepon Tersambung

Ketidakpercayaan itu berubah setelah Billi mendapat kabar dari temannya yang bekerja di Sriwijaya Air, dan dibenarkan pula oleh suami Isti, Hendra, bahwa nama Isti ada dalam manifest pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

"Pas ada berita Sriwijaya Air jatuh itu enggak berpikir ada Isti di situ. Terus kebetulan ada teman kita yang kerja di Sriwijaya Air juga dan menginfokan kita sore hari Sabtu kemarin. Katanya ada nama Isti di pesawat, ah yang bener, kata saya menimpali. Akhirnya dikirimin lah daftar manifest dan benar," papar Billi.

Setelah mendapat kabar itu, Billi dan kakak-kakak Isti yang lain mencoba menghubungi seluler korban. Sempat tersambung, tapi tak ada jawaban.

"Di telepon nadanya nyambung, tapi nggak diangkat. Setelah saya terima daftar manifest-nya dan saya pastikan ke suaminya Hendra, ternyata benar Isti ada di pesawat itu. Ya sudah, kita syok semuanya," tambah Billi.

Dilarang Suami

Billi menceritakan, sebelum terbang dengan pesawat Sriwijaya Air 182, Isti sempat dilarang oleh suaminya.

Pasalnya, saat itu bukan jadwal Isti bekerja dan dia bakal bertugas sebagai pramugari menggantikan temannya rute Pontianak-Jakarta.

"Statusnya memang extra crew. Suaminya sebenarnya sudah melarang Isti buat extra crew. Ngambil pesawat di sana terbangnya kalau nggak salah dia tugasnya dari Pekanbaru. Cuma mungkin karena kewajiban sudah tugas dari kantor dia jalan. Ya itu, akhirnya seperti itu," ungkap Billi sambil berkaca-kaca.

Berdasarkan pengakuan dari suaminya Hendra, kata Billi, sebelum tragedi itu pun Isti masih sempat memberi kabar bahwa ia sudah di dalam pesawat dan siap terbang.

"Terbang, kontek-kontekan. Dia ngabarin suaminya, mau terbang, sudah di pesawat. Setelah dua jam enggak ada kabar. Pas mau terbang selalu ngabarin, sudah di pesawat mau terbang, oke hati-hati gitu kan, biasalah abi sayang Isti gitu. Udah dua jam enggak ada kabar sampai kemudian mulai cari info dan dapat kabar mengejutkan," papar Billi.

Udjang Usman, ayahanda Isti Yudha Prastika, pramugari NAM Air yang jadi korban tragedi Sriwijaya Air SJ 182 di Kepulauan Seribu, ditemui di kediamannya, Senin (11/1/2021). [Suara.com/Wivy]

Anak Bungsu

Isti Yudha Prastika merupakan anak bungsu dari empat bersaudara pasangan Udjang Usman dan Iryanningsih.

Ketiga kakaknya yaitu Niniek Multami, Billian Purnama Oktora, Irfan Defrizon.

Isti menikah dengan Hendra, sejak Desember 2011 lalu dan belum dikarunia buah hati.

Mereka, tinggal di salah satu perumahan di wilayah Sepatan, Kabupaten Tangerang.

Pilihan itu diambil Isti lantaran agar aksesnya lebih dekat ke Bandara Soekarno-Hatta.

Isti mulai berkarir sebagai pramugari sejak lulus SMA di usia sekira 18-19 tahun atau sekira tahun 2004.

Kariernya kali pertama menjadi pramugari di Sriwijaya Air.

Isti juga sempat merasakan menjadi pramugari di Air Asia dan setahun belakangan Isti menjadi pramugari di NAM Air—anak perusahaan Sriwijaya Air.

Sempat menjadi staf, tapi Isti tetap memilih menjadi pramugari. Alasannya, karena terbang berada di dalam pesawat seolah menjadi hobi dan jiwanya.

"Salah satu cita-citanya memang ingin menjadi pramugari. Secara kenyataannya cepat prosesnya lulus SMA langsung diterima dan nggak berhenti-berhenti. Kalo nggak terbang itu memang ada yang hilang gitu. Karena dia feel-nya pramugari jadi inginnya (tinggal) dekat dengan bandara," papar Billi.

Kini, Billi dan keluarga berharap Isti dapat ditemukan dan dibawa pulang dengan kondisi selamat, ataupun jika meninggal kondisi jasadnya dalam keadaan utuh.

"Harapan keluarga, jelas inginnya masih ada, inginnya jasadnya komplet, lengkap lah. Semoga saja ada keajaiban. Saya pribadi kalau memang ditemukan ya semoga komplet jasadnya. Ya (agar) bisa melihat ini adik saya (untuk terakhir kalinya)," tutup Billi.

Foto Isti Yudha Prastika, pramugari NAM Air yang jadi korban tragedi Sriwijaya Air SJ 182 di Kepulauan Seribu, Senin (11/1/2021). [Suara.com/Wivy]

Hilang Kontak dan Jatuh

Diketahui, pesawat Sriwijaya Air jatuh di perairan Kepulauan Seribu antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada Sabtu (9/1/2021).

Pesawat bernomor registrasi PK-CLC jenis Boeing 737-500 itu sempat hilang kontak setelah take off dari Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 14.40 WIB dan dijadwalkan mendarat di Bandara Supadio Pontianak pukul 15.50 WIB.

Sriwijaya Air SJ 182 hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.

Load More