SuaraJakarta.id - Dibangun tahun 1761, siapa sangka Masjid Jami Angke Tambora, Jakarta Barat, ternyata dirancang oleh arsitek keturunan Tionghoa muslim, Syekh Liong Tan. Makam sang arsitek pun terletak di belakang masjid.
Masjid Jami Angke memiliki arsitektur unik dan bersejarah. Di setiap ornamennya menunjukkan simbol persatuan antaretnis: Hindu Bali, Belanda, dan China.
Ketua Bidang Bangunan dan Sejarah Masjid Jami Angke, Muhammad Abryan Abdillah menjelaskan, perpaduan arsitektur di masjid tersebut merupakan gambaran antarentnis yang zaman dahulu tinggal di sekitar wilayah tersebut.
"Atap masjidnya arsitektur Hindu Bali dan China, pintunya ukiran bunga Hindu Bali, pilarnya juga perpaduan Belanda dan China," ujar Abryan, Kamis (11/2/2021).
"Di atapnya ada seperti nanas, itu simbol kerukunan. Jadi, masjid ini sudah berbicara tentang persatuan," sambungnya.
Bangunan yang sekarang menjadi cagar budaya tersebut dahulunya merupakan tempat untuk berembug dan merancang strategi perang.
Pada zaman dahulu, terjadi tragedi Angke di mana Belanda membantai etnis Tionghoa akibat keterpurukan ekonomi dan perdagangan.
Sebagian etnis Tionghoa kemudian melarikan diri ke Kampung Angke dan dilindungi penduduk asli di sana.
Seiring berkembangnya warga yang memeluk Islam, kebutuhan rumah ibadah menjadi pertimbangan. Sehingga tempat berembug antaretnis itu dibangun menjadi masjid.
Baca Juga: Viral Masjid Hanyut ke Laut Terbawa Banjir, Bangunan Masih Utuh
Beberapa puluh tahun lalu, kata Abryan, masjid tersebut memiliki warna dominan merah dan emas yang menunjukkan adanya akulturasi budaya Tionghoa di lingkungan itu.
Namun pada 2017, ahli konservatori cagar budaya menyarankan agar bangunan Masjid Jami Angke tetap seperti bentuk aslinya hingga akhirnya sekarang dominan dengan warna natural dinding putih dan cokelat dari kayu jati.
Abryan menjelaskan kebanyakan dari penghuni Gang I Masjid Angke Tambora atau berdekatan dari masjid itu justru merupakan etnis Tionghoa.
Sehingga warga di sana punya tradisi unik ketika Imlek seperti berbagi kue-kue.
"Seperti Lebaran saja. Jadi dari kami orang asli sini dan muslim memberi kue kepada etnis Tionghoa dan diterima. Selanjutnya mereka membalasnya pakai kue keranjang," ujar dia dilansir dari Antara.
Setiap kali Imlek tiba, lanjut Abryan, banyak warga etnis Tionghoa yang lalu lalang di pemukiman sekitar masjid. Untuk berkunjung ke sanak saudara mereka.
Tag
Berita Terkait
-
Apa Perbedaan Paskibra dan Paskibraka? Ini Sejarah, Tugas, dan Rekrutmennya
-
Suciwati Ungkap Pemerintah Tak Pernah Ajak Aktivis HAM dalam Susun Ulang Sejarah
-
Mees Hilgers Resmi Gabung Crystal Palace 1 Detik Saja, Timnas Indonesia Langsung Cetak Sejarah
-
Istri Munir Tuding Proyek Sejarah Prabowo 'Cuci Dosa' dan Gelar Pahlawan untuk Soeharto
-
Jadwal Pertandingan Ivar Jenner di FC Utrecht Lengkap Musim 2025-2026
Terpopuler
- Shin Tae-yong: Jay Idzes Menolak
- Innalillahi, Komedian Mpok Alpa Meninggal Dunia
- Kata-kata Miliano Jonathans Tolak Timnas Indonesia
- Dulu Dihujat karena Biaya Persalinan Dibantu Raffi Ahmad, Rupanya Mpok Alpa Punya Cerita Memilukan
- Anak Muda Merapat! Ini 4 Mobil Bekas Keren Rp30 Jutaan yang Siap Diajak Keliling Pulau Jawa
Pilihan
-
Debit Manis Shayne Pattynama, Buriram United Menang di Kandang Lamphun Warrior
-
PSIM Yogyakarta Nyaris Kalah, Jean-Paul van Gastel Ungkap Boroknya
-
Cerita Awal Alexander Isak, Zlatan Baru yang Terasingkan di Newcastle United
-
Di Balik Gemerlap Kemerdekaan: Veteran Ini Ungkap Realita Pahit Kehidupan Pejuang yang Terlupakan
-
Daftar 5 HP Android Punya Kamera Setara iPhone, Harga Jauh Lebih Murah
Terkini
-
Apartemen di BSD City Ciptakan Tulisan Cahaya HUT RI 80 di Langit Malam
-
Kredit Mobil Listrik Agustus 2025: Pilih yang Paling Murah, Ini Simulasinya
-
Pria Diduga Preman Ancam Warga Terekam CCTV di Pasar Buah Angke
-
Cari Kredit Mobil Paling Murah Agustus 2025? Ini Simulasinya, Cicilan Mulai Rp 3 Jutaan!
-
Saldo DANA Kaget Hari Ini Tersedia, Link Aktif Masih Bisa Diklaim