Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Jum'at, 05 Maret 2021 | 08:00 WIB
Syekh Nawawi Al Bantani, ulama kenamaan asal Banten yang masyhur di Indonesia dan luar negeri. [Instagram]

SuaraJakarta.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memuji kampus baru Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Serang, Banten, yang megah.

Pujian itu disampaikan orang nomor satu di Indonesia tersebut saat meresmikan kampus baru Untirta, Kamis (4/3/2021) kemarin.

Di sela-sela sambutannya, Jokowi menyebut kampus Untirta mewarisi nilai-nilai keteladanan dari tokoh pergerakan di Banten, yakni Sultan Ageng Tirtayasa dan Syekh Nawawi Al Bantani.

Kedua sosok tersebut, kata Jokowi, merupakan simbol perpaduan kekuatan umara dan ulama yang mewakili karakter kepemimpinan dan intelektual tercermin di kampus Untirta ini.

Baca Juga: Rektor Untirta Banten Minta Bonus ke Jokowi, Bangun Embung Kolam

"Untirta mewarisi nilai-nilai keteladanan dari dua sosok pergerakan di Banten yaitu Sultan Ageng Tirtayasa dan Syekh Nawawi Al Bantani, simbol perpaduan kekuatan ulama dan umara yang mewakili karakter kepemimpinan dan intelektual tercermin di Untirta ini," tutur Jokowi.

Presiden Jokowi saat meresmikan gedung baru Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Serang, Banten. (tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden)

Lantas siapakah Syekh Nawawi Al Bantani yang sosoknya disebut Jokowi saat peresmian kampus baru Untirta?

Dikutip SuaraJakarta.id—grup Suara.com—dari berbagai sumber, Syekh Nawawi lahir di Kampung Tanara (sekarang Kampung Pesisir—red) Desa Padelaman, Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang.

Beliau lahir pada tahun pada tahun 1230 Hijriyah atau 1813 Masehi, dengan nama lengkap Abu Abdul Mu’ti Muhammad bin Umar bin Arabi bin Ali Al-Tanara Al-Jawi Al-Bantani.

Ayahnya merupakan seorang ulama lokal di Banten, Syekh Umar bin Arabi al-Bantani. Sedangkan ibunya bernama Zubaedah, seorang ibu rumah tangga biasa.

Baca Juga: Rektor Untirta Minta Bonus Tambahan, Jokowi Langsung Janjikan Ini

Syekh Nawawi merupakan anak sulung dari dari tujuh bersaudara, yaitu Ahmad Syihabudin, Tamim, Said, Abdullah, Tsaqilah dan Sariyah.

Guru-Gurunya

Sejak usia lima tahun, Syekh Nawawi sudah mulai belajar ilmu agama Islam langsung dari ayahnya. Bersama saudara-saudara kandungnya, Syekh Nawawi mempelajari tentang pengetahuan dasar bahasa Arab, fiqih, tauhid, al-Quran dan tafsir.

Pada usia delapan tahun bersama kedua adiknya, Tamim dan Ahmad, Syekh Nawawi berguru kepada K.H. Sahal, salah seorang ulama terkenal di Banten saat itu. Kemudian melanjutkan kegiatan menimba ilmu kepada Syekh Baing Yusuf Purwakarta.

Di usianya yang belum genap 15 tahun, Syekh Nawawi telah mengajar banyak orang, sampai kemudian ia mencari tempat di pinggir pantai agar lebih leluasa mengajar murid-muridnya yang kian hari bertambah banyak.

Baru setelah usianya mencapai 15 tahun, Syekh Nawawi menunaikan haji dan kemudian berguru kepada sejumlah ulama masyhur di Mekah saat itu.

Diantara dari banyaknya para guru Syekh Nawawi, yaitu Syekh Ahmad Khatib Asy-Syambasi, Syekh Ahmad Zaini Dahlan, dan Syekh Junaid al-Batawi.

Imam Masjidil Haram

Syekh Nawawi Al Bantani merupakan salah seorang ulama asal Indonesia bertaraf internasional yang pernah menjadi Imam Masjidil Haram. Ia bergelar al-Bantani karena berasal dari Banten, Indonesia.

Syekh Nawawi ulama dan intelektual yang sangat produktif menulis kitab, jumlah karyanya tidak kurang dari 115 kitab yang meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis.

Syekh Nawawi mulai masyhur ketika menetap di Syi'ib 'Ali, Mekah. Ia mengajar di halaman rumahnya. Mula-mula muridnya cuma puluhan, tapi semakin lama jumlahnya kian banyak.

Mereka datang dari berbagai penjuru dunia. Hingga jadilah Syekh Nawawi al-Bantani sebagai ulama yang dikenal piawai dalam ilmu agama, terutama tentang tauhid, fiqih, tafsir, dan tasawuf.

Nama Syekh Nawawi al-Bantani semakin masyhur ketika ditunjuk sebagai Imam Masjidil Haram, menggantikan Syekh Ahmad Khatib Al-Syambasi atau Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi.

Tidak hanya di Kota Mekah dan Madinah saja dia dikenal, bahkan di negeri Suriah, Mesir, Turki, hingga India namanya begitu masyhur.

Warga Saudi dan warga asing mengelilingi Ka'bah (Tawaf) di kompleks Masjidil Haram di kota suci Mekkah, Minggu (4/10/2020). [Saudi Ministry of Hajj and Umra / AFP]

Guru Pendiri NU dan Muhammadiyah

Syekh Nawawi memiliki banyak murid. Di antara murid-muridnya yang menjadi ulama berpengaruh, diantaranya Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan.

Diketahui, KH Hasyim Asy'ari merupakan salah satu pendiri organisasi Islam di Indonesia dengan jumlah massa terbesar, yakni Nahdlatul Ulama (NU).

Sementara, KH Ahmad Dahlan merupakan pendiri dari organisasi Islam, Muhammadiyah.

Gelar-Gelar

Karena kemasyhurannya, Syekh Nawawi Al Bantani mendapat banyak gelar. Di antaranya sebagai berikut:

  1. Sayyid Ulama al-Hijaz (Pemimpin Ulama Hijaz)
  2. Al-Imam Al-Muhaqqiq wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq (Imam yang Mumpuni ilmunya)
  3. A'yan Ulama al-Qarn al-Ram Asyar li al-Hijrah (Tokoh Ulama Abad 14 Hijriyah)
  4. Imam Ulama al-Haramain, (Imam Ulama Dua Kota Suci)

Pertalian Darah dengan Wapres Ma'ruf Amin

Dikutip SuaraJakarta.id dari akun Facebook Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Yogyakarta, Jumat (5/3/2021), Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin masih memiliki pertalian darah dengan Syekh Nawawi. Terutama dari jalur ibunya, Nyi Hj Maemunah.

Berikut nasab Wapres Ma'ruf Amin hingga memiliki pertalian darah dengan Syekh Nawawi.

KH Ma'ruf Amin bin Nyi Hj Maemunah binti Syekh Muhammad Ramli Cideng Kresek bin Nyi Marsati binti H Abdullah bin Syekh Abdullah—adik Syekh Nawawi Al Bantani.

Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin. (Foto dok. Setwapres)

Dimakamkan di Ma'la

Syekh Nawawi wafat di Mekah pada 25 Syawal 1314 Hijriyah atau 1897 Masehi. Beliau dimakamkan di Jannatul Mu'alla (Pemakaman Ma'la), Mekah.

Makamnya bersebelahan dengan makam anak perempuan dari Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, Asma' binti Abu Bakar Ash-Siddiq RA.

Meski wafat di Arab Saudi, namun hingga kini setiap tahunnya selalu diadakan Haul Syekh Nawawi Al Bantani di Tanah Air.

Tepatnya di Pondok Pesantren An Nawawi Tanara di Tanara, Serang, asuhan Wapres KH. Ma'ruf Amin.

Haul Syekh Nawawi selalu ramai dihadiri para santri Nusantara, bahkan mancanegara.

Jasad Utuh

Dikutip dari NU Online, telah menjadi kebijakan Pemerintah Arab Saudi bahwa jasad orang yang telah dikubur selama setahun di Ma’la, kuburannya harus digali.

Tulang-belulang dari jasad yang telah dikuburkan itu kemudian diambil dan disatukan dengan tulang-beluang jasad lainnya. Semua tulang itu selanjutnya dimakamkan lagi di tempat lain di luar kota.

Makam yang telah dibongkar dibiarkan tetap terbuka hingga datang jenazah berikutnya terus silih berganti. Kebijakan ini dijalankan tanpa pandang status apapun. Baik itu jasad pejabat, orang biasa, saudagar kaya ataupun orang miskin.

Kebijakan ini juga berlaku bagi makam Syekh Nawawi Al Bantani. Setelah genap berusia satu tahun dimakamkan di Ma’la, petugas setempat menggali kuburnya. Namun petugas itu mendapati hal tak lazim.

Para petugas itu terkejut melihat jasad Syekh Nawawi Al Bantani masih utuh. Tidak kurang satu apapun, tidak lecet atau tanda-tanda pembusukan seperti lazimnya jenazah yang telah lama dikubur. Bahkan kain putih kafan penutup jasad beliau tidak sobek dan tidak lapuk sedikit pun.

Kejadian ini lantas dilaporkan para petugas itu ke atasan mereka dan menceritakan apa yang telah mereka lihat. Setelah diteliti, sang atasan kemudian menyadari bahwa makam yang digali itu bukan makam orang sembarangan.

Kebijakan strategis pun diambil Pemerintah Arab Saudi, di mana melarang membongkar makam Syekh Nawawi Al Bantani. Hingga kini jasad beliau masih tetap berada di Ma'la, Mekah, dan kerap jadi wisata ziarah bagi warga Indonesia ketika haji ataupun umrah. Wallohu A’lam Bishshowab.

Load More