Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Jum'at, 02 April 2021 | 07:30 WIB
Pengamat terorisme Nasir Abbas. [Suara.com/Erick Tanjung]

SuaraJakarta.id - Pengamat terorisme Nasir Abbas menilai usia remaja paling rentan terdoktrin ajaran radikalisme. Sebab, umumnya mereka telah belajar agama.

Sehingga usia remaja sangat rawan terpapar pemahaman radikalisme.

"Memang usia remaja itu yang paling mudah dipengaruhi dan gampang direkrut. (Sebab) ilmu pengetahuan agama mereka masih sangat dangkal," ujar Nasir saat dihubungi SuaraJakarta.id, Kamis (1/4/2021).

Nasir menambahkan, para remaja yang telah terkena doktrin tersebut, akan muncul rasa kebencian dan permusuhan terhadap pemerintah Indonesia.

Baca Juga: Eks Petinggi Jamaah Islamiyah Ungkap Motif Teroris Serang Polisi

"Karena mereka menerima paham tersebut, disaat diajak diskusi, disampaikan tukar pikiran. Muncullah rasa kebencian, muncul rasa permusuhan kepada pemerintah," tuturnya.

"Kemudian ditambahkan lagi harus berjuang, harus membela Islam. Jika mereka itu tidak menyangkal, tidak mendapatkan (pemahaman) yang lain, maka berpotensi menjadi pelaku (teroris)," imbuhnya.

Marak Aksi Teror

Di luar itu, mantan salah satu petinggi kelompok Jamiah Islamiyah (JI) ini menilai maraknya aksi teror di Indonesia dalam beberapa hari terakhir, dipicu penangkapan para terduga teroris oleh Densus 88 Antiteror.

Diketahui, dalam beberapa hari terakhir, aksi teror kembali marak di Indonesia. Dimulai dari bom Makassar yang menyasar sebuah gereja, Minggu (28/3/2021) lalu.

Baca Juga: Nasir Abbas: Sasaran Kelompok JAD Itu Dua, Gereja dan Polisi

Kemudian, seorang terduga teroris menyerang petugas di sebuah pos penjagaan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (31/3/2021) sore kemarin.

"Aksi di Gereja Katedral Makassar begitu juga di Mabes Polri kemarin, adalah aksi lanjutan, aksi balas dendam terhadap teman-teman mereka yang ditangkap," ujar Nasir Abbas.

"Jadi jiwa mereka terpanggil dan terpancing untuk membuat yang sama. Walaupun tidak pernah ketemu dengan kelompok yang itu," sambungnya.

Para terduga teroris Jatim turun dari pesawat dengan kondisi kaki dirantai dan mata ditutup saat tiba di Landasan Apron Terminal Kargo Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Kamis (18/3/2021). [Suara.com/Muhammad Jehan Nurhakim]

Pemerintah Adalah Musuh

Selain balas dendam, Nasir Abbas menilai jika saat ini para teroris sudah menganggap pemerintah Indonesia sebagai musuh mereka.

"Mereka yakin, bahwa sekarang sedang perang, wajib fardhu ain, memerangi pemerintah Indonesia. Kalau sudah fardhu ain berperang di Indonesia, bahkan wanita dan lelaki angkat senjata," katanya.

Load More