SuaraJakarta.id - Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono menyesalkan banyak siswa SD yang diizinkan orang tuanya untuk mengikuti uji coba pembelajaran tatap di sekolah Jakarta. Menurutnya hal itu justru paling membahayakan.
Menurut Miko, siswa SD yang notabene masih anak-anak tidak memahami protokol kesehatan dengan baik. Jika tidak menerapkan protokol kesehatan, maka risiko terpapar Covid-19 sangat tinggi.
"Jadi menurut saya justru SD paling berbahaya karena dia tidak mengerti diri sendiri untuk dijaga," ujar Miko saat dihubungi Suara.com, Minggu (9/4/2021).
Alasan siswa SD paling banyak diizinkan karena mereka dapat diawasi dengan baik. Mulai dari berangkat sekolah hingga pulang bisa dipantau guru dan orang tua atau pengantar.
Namun Miko tidak sepakat dengan hal ini. Sebab masih ada saja siswa SD yang tidak diantar orang tua atau memiliki pengantar.
"Itu kalau dia dianter jemput setiap hari emang ortunya pada nganggur? Ntar siapa yang nganter? Emang orang kaya semua murid punya pembantu? Yang antar pembantunya? itupun tetap berisiko," katanya.
Miko menyebut risiko terpapar Covid-19 dari kebijakan uji coba pembelajaran tatap muka bukanlah di sekolah. Justru ketika perjalanan berangkat dan pulang ketika berada di tempat umum, siswa atau guru bisa terpapar Covid-19.
"Tetap berisiko. Walaupun diantar tetap melewati daerah yang berisiko," katanya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengakui banyak orang tua di Jakarta yang melarang anaknya mengikuti kegiatan uji coba sekolah tatap muka. Bahkan kebanyakan siswa yang tak diberikan izin berada di jenjang SMP-SMA.
Baca Juga: Anies Buka Sekolah 23 Hari Kelamaan, Epidemiolog: Buat Anak kok Coba-coba
Pada hari pertama pembukaan 85 sekolah kemarin, Riza mengatakan hanya 20-30, persen siswa yang mendapatkan izin dari orang tuanya. Kebanyakan tak membolehkan dan lebih ingin anaknya belajar di rumah.
"Ternyata saya tanya tadi dari SD, SMP, SMA ternyata makin tinggi (jenjang sekolah) siswanya makin banyak orang tua yang belum memberi kesempatan anak-anak sekolah di tatap muka langsung," ujar Riza di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (8/4/2021).
Sebaliknya, kata Riza, siswa SD malah paling banyak mendapatkan izin. Alasannya karena anak SD dapat diawasi secara intens oleh orang tuanya.
"Anak-anak SD lebih banyak karena anak SD diantar langsung oleh orang tua dipastikan kehadirannya dikawal dijaga," jelasnya.
Berita Terkait
-
Siswa SD Kota Palopo Juara 1 Lomba Menulis Surat Diundang ke Swiss
-
Anies Buka Sekolah 23 Hari Kelamaan, Epidemiolog: Buat Anak kok Coba-coba
-
Sebut Anies Ngebet Buka Sekolah, Epidemiolog: Tunggu Covid Jadi Endemik
-
Cuma Anak SD di DKI yang Sekolah Tatap Muka, Siswa SMP-SMA Dilarang Ortu
-
Sekolah Tatap Muka di SDN Pulau Tidung, Murid yang Ikut Cuma 12 Orang
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
Rekomendasi 3 AC Split 2 PK Untuk Cuaca Panas, Paling Dingin, Hemat Listrik, dan Awet
-
DANA Kaget Rp215 Ribu Menantimu Hari Ini Klaim Sekarang, Siapa Cepat Dia Dapat
-
Mahfud MD: Soeharto Memenuhi Syarat Pahlawan Nasional, Tapi...
-
Atap Lapangan Padel & Tenis di Jakarta Ambruk Diterjang Angin Kencang
-
Dugaan Pelecehan dan Penganiayaan Terungkap di Dapur Makan Gratis, Ini Respons BGN