Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Minggu, 27 Juni 2021 | 08:25 WIB
Nike Ardilla

SuaraJakarta.id - Nike Ardilla kecelakaan dan tewas pada 19 Maret 1995. Kronologis kecelakaan Nike Ardilla sampai kini masih jadi pusat perhatian. Terlebih muncul Amel, yang dianggap sebagai sosok reinkarnasi Nike Ardilla.

Raden Rara Nike Ratnadilla atau dikenal dengan Nike Ardilla lahir di Bandung, 27 Desember 1975 – meninggal di Bandung, 19 Maret 1995 pada umur 19 tahun. Nike Ardilla meninggal dunia karena mobil Honda Civic yang dikendarainya menghantam beton di jalan Raden Eddy Martadinata di kota Bandung.

Sebelum kematiannya, Nike Ardilla hari itu masih disibukkan dengan rutinitas syuting sinetron. Diketahui selain berprofesi sebagai penyanyi Nike Ardilla juga aktif dalam dunia peran.

Kala itu sinetron berjudul Trauma Marissa II dibintangi oleh Nike Ardilla. Nike bersama manajernya Atun melakukan perjalanan dari Bogor ke Bandung menggunakan mobil pribadi. Perjalanan menuju Bandung memang sudah larut sekitar pukul 20.00 WIB sehingga tiba di Bandung juga sudah sangat malam.

Baca Juga: Ibu Nike Ardilla Akhirnya Ketemu Amel, Nangis Tak Mau Lepas Genggaman

Pada, 18 Maret 1995 Nike Ardilla dan manajernya mampir ke rumah keluarga Nike Ardilla di Jalan Soekarno-Hatta. Kemudian Nike bertemu beberapa teman-teman musisi dan artis lainnya di Hotel Jayakarta, menemui Gugun Gondrong, Berlanjut di lain lokasi bertemu dengan Titi DJ.

Melly Goeslaw bertemu Umar, mantan asisten Nike Ardilla [Instagram/nikeardillaofficial]

19 Maret 1995, Atun dan Nike pergi ke restoran Kintamani pukul 03.00 dini hari, setelah itu keduanya sempat kembali ke Hotel Jayakarta untuk menemui kembali Gugun Gondrong.

Dari sumber lain juga mengatakan pada pukul 03.00 dini hari Nike pergi ke diskotek Pollo bertemu dengan Titi DJ, Lucy Dahlia, dan Bucek Deep.

Selama di diskotik, Nike Ardilla hanya memesan jus jeruk. Kemudian ia meninggalkan diskotik pada pukul 5.30 pagi Nike dan manajernya menuju ke Bogor karena harus kembali syuting pada pukul 08.00

Di jalan Raden Eddy Martadinata atau saat ini dikenal dengan nama jalan Riau mobil Honda Civic birunya menabrak pagar beton.

Baca Juga: Momen Ibu Nike Ardilla Bertemu Gadis yang Mirip Anaknya, Nangis hingga Tak Lepas Pelukan

Di perjalanannya saat itu Bandung masih sangat sepi, ada mobil merah di depam mobil Nike yang berjalan sangat lamban.

Nike berniat untuk mendahului mobil yang ada di depannya ini, namaum naas dari arah yang berlawanan muncul mobil Daihatsu Taft yang melaju cukup kencang.

Nike Ardilla kemudian membanting setir ke arah kiri sehingga menyebabkan ia manabrak sebuah pohon beringin, dan terpental ke pagar beton.

Kecelakaan tersebut diperkirakan terjadi pada pukul 05.00 , Jenazah Nike Ardilla kemudian disemayamkan di rumah orangtuanya di Jalan Parakat Saat 1/37, Bandung. Kemudian dimakamkan Imbanagara, Ciamis untuk dimakamkan di pemakaman keluarga.

Hasil visum polisi menyebutkan tidak menemukan kadar alkohol dalam tubuh Nike.

Menurut Atun yang bersama Nike berada di mobil itu, dalam perjalanan pulang Nike mengendarai mobil itu dengan tidak menggunakan sabuk pengaman.

Mobil Nike berusaha menyalip mobil berwarna merah di depannya yang berjalan sangat pelan.

Namun ketika menyalip, dari arah berlawanan muncul mobil Taft melaju kencang, Nike langsung menghindari mobil Taft tersebut dan membanting setir terlalu ke kiri sehingga menabrak sebuah pohon dan langsung terpental menabrak pagar beton bak sampah di kantor Usaha Pribadi di jalan RE. Martadinata, dan Nike menghembuskan napasnya yang terakhir.

Sosok Nike Ardilla semasa hidup

Sejak kecil, Nike memang sudah menunjukkan ketertarikannya pada dunia tarik suara. Bakat menyanyi Nike mulai tumbuh sejak masih berumur 5 tahun. Darah seni Nike mengalir dari kakeknya, yang merupakan seorang penyanyi keroncong.

Ketika berusia 5 tahun, Nike sudah berani tampil menyanyi saat ada acara keluarga di rumahnya. Nike kecil memang aktif dengan kegiatan-kegiatan seni.

Mantan ART Nike Ardilla, Umar (keempat dari kiri) dan komunitas penggemar Nike Ardilla [nikeardillaofficial]

Dari mulai tarik suara, sampai dengan menari tarian daerah. Niatnya menekuni panggung tarik suara semakin serius setelah ia berhasil menjadi Juara Harapan I dalam ajang Lagu Pilihanku TVRI dan Juara Festival Pop Singer HAPMI Kodya Bandung pada tahun 1985, saat masih berusia 10 tahun. Nike juga rutin mengikuti berbagai festival musik mulai dari tingkat kecamatan, sekolah, dan pernah mewakili provinsi Jawa Barat dalam ajang Festival Pop Singer tingkat nasional.

Setelah memenangkan sejumlah kontes menyanyi, pada tahun Nike didaftarkan oleh ibunya ke Himpunan Artis Penyanyi Musisi Indonesia (HAPMI) asuhan Djadjat Paramor.

Nike Adilla kemudian bergabung dengan manajemen Denny Sabri, seorang wartawan musik senior kenamaan pada masa itu. Di bawah manajemen Denny Sabri, Nike yang pada saat itu masih berstatus pelajar kelas 5 sekolah dasar sudah diminta untuk tampil di panggung-panggung pertunjukan musik rok, dengan menggunakan nama panggung Nike Astrina; nama ini diberikan dengan tujuan bahwa Nike akan menyaingi Nicky Astria, penyanyi rok wanita kenamaan pada masa itu. Nike kerap didaulat untuk menjadi penampil pembuka dalam sejumlah konser penyanyi senior, termasuk Nicky Astria, Ita Purnamasari, dan Ikang Fawzi. Karena pada masa itu Nike belum memiliki lagu sendiri, ia biasanya menyanyikan lagu-lagu rok milik musisi barat, misalnya "The Final Countdown" (Europe) dan "Hongky Tonk Woman" (The Rolling Stones).

Pada tahun 1986, Nike memasuki dapur rekaman dengan merilis sebuah singel berjudul "Lupa Diri", yang kemudian dimuat dalam album kompilasi bertajuk Bandung Rock Power (1987).

Pada bulan Juli 1988, saat baru lulus dari bangku sekolah dasar, Nike akhirnya merekam album perdananya di bawah naungan JK Records, tetapi album tersebut gagal dirilis karena usia Nike yang masih sangat belia pada saat itu, sedangkan sebagian besar lirik lagunya bertema romantis.

Kontributor : Kiki Oktaliani

Load More