Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah | Yaumal Asri Adi Hutasuhut
Selasa, 21 Desember 2021 | 16:46 WIB
Suasana pedagang Rusun Pasar Rumput, Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (21/12/2021). [Suara.com/Yaumal Asri Adi Hutasuhut]

SuaraJakarta.id - Rusun Pasar Rumput, Jakarta Selatan, dialihfungsikan menjadi tempat karantina bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang baru pulang dari luar negeri.

Pedagang pasar yang berada persis di bawah rusun sebenarnya menyayangkan pengalihan fungsi tersebut. Mereka pun mempertanyakan kebijakan itu.

"Kenapa lokasinya di sini? Kenapa enggak di lokasi lain yang enggak ada tempat ramainya? Apalagi kan di belakang perumahan warga," kata Nur pedagang sembako saat ditemui Suara.com, Selasa (21/12/2021).

Pertanyaan itu dilontarkannya karena khawatir terhadap penurunan jumlah pembeli yang datang berbelanja.

Baca Juga: Sebut Banyak Orang Berduit Minta Karantina Gratis, Luhut Dicecar Cuitan Susi Pudjiastuti

Nur mengaku sejak awal pindah ke lantai dasar Rusun Pasar Rumput pada akhir 2019, pembeli sudah sangat sepi.

Keadaannya diperparah dengan pandemi COVID-19 di Indonesia pada awal 2020 lalu.

Meskipun tidak dapat merinci secara spesifik, dia mengaku sejak Rusun Pasar Rumput jadi lokasi karantina WNI dari luar negeri, ada penurunan pembeli yang datang.

Penampakan Rusun Pasar Rumput, Jakarta Selatan yang dijadikan tempat karantina bagi repatriasi. (Suara.com/Yaumal)

Nur mengungkapkan, beberapa pembeli jadi enggan datang langsung, dan bahkan ada pelanggannya lebih memilih berbelanja secara online.

"Ada yang pesan online karena takut belanja," ujar Nur.

Baca Juga: Sempat Nyaris Penuh, Suasana Karantina Repatriasi di Rusun Pasar Rumput Hari Ini

Sementara itu, Nur mengaku khawatir dengan munculnya varian baru COVID-19, Omicron.

"Khawatir sih, tapi mau bagaimana lagi, yang penting kami terapkan protokol kesehatan. Sejauh ini juga mereka yang karantina tidak ada yang berkeliaran di pasar," ungkapnya.

Senada dengan Nur, Ayu yang merupakan pedagang sembako mempertanyakan hal yang sama.

"Kenapa bukan tempat lain? Di sini kan ada pasar. Belum juga pasarnya dari awal kan sudah sepi jadi tambah sepi," ungkap Ayu.

Dia pun mengaku sejak pindah ke Rusun Pasar Rumput, belum ada perubahan yang signifikan terkait pendapatannya.

"Jadi belum ada perubahan semenjak pindah ke sini. Maksudnya belum ada perubahan yang lebih baik (pendapatannya)," kata Ayu.

Yuli, pedagang lainnya, mengaku pengalihfungsian Rusun Pasar Rumuput menjadi lokasi karantina tidak berdampak sama sekali terhadap penjualannya.

"Enggak sama sekali, karena pasarnya memang sudah sepi dari awal," ujarnya.

Petugas berjalan di Rumah Susun Pasar Rumput, Manggarai, Jakarta, Senin (20/9/2021). [ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat]

Yuli juga tidak terlalu khawatir dengan Omicron. Terpenting baginya disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes).

"Enggak (khawatir) sih. Yang penting prokesnya," ujar Yuli.

Sementara itu, Era, ibu rumah tangga yang biasa berbelanja di Pasar Rumput mengaku sebenarnya khawatir dengan adanya tempat karantina bagi WNI dari luar negeri.

"Khawatir sih, tapi mau bagaimana lagi, pasar terdekat cuma ini," kata dia.

Berbeda dengan Era, Siska pembeli lainnya, tidak ambil pusing dengan pengalihfungsian Rusun Pasar Rumput. Terlebih dengan varian COVID-19 Omicron.

"Sejak ada COVID-19, dan isu ini (rusun) dijadikan lokasi karantina saya enggak pernah khawatir sih. Yang penting saya jaga prokes," ujar Siska.

Load More