Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Kamis, 02 Juni 2022 | 15:29 WIB
Pengunjung mengamati pameran foto sejarah MH Thamrin, Politik, dan sepak bola kebangsaan di Stadion Vij, Cideng, Jakarta Pusat, Sabtu (16/2). [Suara.com/Fakhri Hermansyah]

SuaraJakarta.id - Muncul petisi nama Muhammad Hoesni Thamrin, atau yang lebih dikenal dengan sebutan MH Thamrin, menggantikan penamaan Jakarta International Stadium (JIS), stadion kebanggaan masyarakat Ibu Kota. Petisi itu dibuat oleh sejarawan JJ Rizal melalui laman change.org.

JJ Rizal menilai, penamaan JIS dianggap melanggar UU Nomor 24/2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan karena menggunakan Bahasa Inggris.

Selain itu, nama JIS dianggap tidak dapat memacu semangat untuk memajukan persepakbolaan nasional. Karena tidak menggunakan nama tokoh sejarah yang inspiratif.

"Diusulkan mengambil nama Soeratin yang merujuk kepada nama tokoh pendiri Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), tapi sejarah menunjukkan ada tokoh yang lebih tepat, yaitu MH Thamrin," tulisnya melalui laman change.org.

Baca Juga: Jejak MH Thamrin di Sepak Bola, Dari Lapangan Petojo hingga Dorong Soeratin Dirikan PSSI

Lantas siapakah MH Thamrin yang namanya diusulkan gantikan penamaan JIS? Berikut sekilas biografi MH Thamrin:

Profil MH Thamrin

MH Thamrin merupakan tokoh Betawi yang juga Pahlawan Nasional, salah satu pejuangan kemerdekaan Indonesia. Ia lahir pada 16 Februari 1894 dan tinggal di daerah Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Dikutip dari laman setubabakanbetawi.com, ayah MH Thamrin merupakan seorang Wedana—pembantu Bupati yang membawahi beberapa orang Camat. Sebagai anak dari seorang Wedana, ia berkesempatan sekolah sampai tingkat tinggi.

Teman-temannya biasa memanggil MH Thamrin dengan panggilan Mat Seni. Ini menjadi kebiasaan masyarakat Betawi untuk menyingkat nama orang. Mat singkatan dari Mohammad. Sedangkan Seni dari Hoesni.

Baca Juga: Muncul Petisi Penggantian Nama JIS Jadi Stadion MH Thamrin, Ini Reaksi Wagub DKI

Semasa sekolah, MH Thamrin sudah tertarik pada politik. Ia sering berkumpul dengan pemuda-pemuda dari berbagai perkumpulan yang berjuang untuk kemerdekaan bangsa.

Tiap pulang sekolah ia selalu melewati kampung-kampung pribumi yang kumuh. Timbullah keinginannya untuk memperbaiki nasib masyarakat pribumi.

Di usia 25 tahun, MH Thamrin menjadi anggota Gemeenteraad Batavia atau Dewan Kotapraja Betawi. Di sinilah ia memperjuangan kehidupan masyarakat pribumi.

Ia membangun sekolah untuk rakyat, membangun sarana kesehatan, memasang penerangan jalan, dan membangun kanal untuk mencegah banjir dari sungai Ciliwung.

Pada tahun 1923, MH Thamrin mendirikan Kumpulan Kaum Betawi. Atas keberhasilannya MH Thamrin diangkat menjadi wakil walikota Batavia. Kemudian ia menjadi anggota Volksraad atau Dewan Pertimbangan Rakyat.

Saat menjadi anggota Volksraad, perjuangannya bukan hanya untuk masyarakat Betawi, tapi untuk Indonesia.

MH Thamrin wafat pada 11 Januari 1941. Atas jasa-jasanya, MH Thamrin dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Nama MH Thamrin diabadikan sebagai salah satu jalan protokol di Jakarta. Pada 19 Desember 2016, atas jasa-jasanya, Pemerintah Republik Indonesia, mengabadikan MH Thamrin di pecahan uang kertas rupiah baru, pecahan Rp. 2.000.

Load More