Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Selasa, 26 Juli 2022 | 17:49 WIB
Foto kombo beberapa remaja melakukan peragaan busana Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Rabu (6/7/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]

SuaraJakarta.id - Sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Rakhmat Hidayat meminta agar tak ada pihak yang melarang dan menekan gerakan Citayam Fashion Week tersebut. Sebagai warga kota, anak-anak Citayam juga memiliki hak untuk menikmati dan berekspresi di ruang publik.

"Citayam ini kan sekarang ramai Satpol-PP melarang. Itu sebenarnya jangan dilarang. Semakin dilarang, semakin membludak dan eksposure, semakin ditekan, semakin direfresif, dilarang, ditutup itu nggak boleh."

"Karena anak-anak Citayam itu mereka warga kota yang punya hak mengkonsumsi untuk mengisi ruang. Sama kayak saya, akademisi, para pedagang kaki lima, kita punya hak yang sama mengkonsumsi untuk pribadi ruang-ruang di kota," paparnya kepada SuaraJakarta.id—grup Suara.com.

Rakhmat meminta agar semua pihak, terutama pemerintah, mendukung gerakan Citayam Fashion Week di Sudirman.

Baca Juga: Minta Pengunjung Citayam Fashion Week Pakai Angkutan Umum, Dishub DKI: Dilarang Parkir di Trotoar

Bentuk dukungan itu, lanjut Rakhmat, dengan memfasilitasi tempat dan gelaran kegiatan yang menghidupkan kawasan sekitar SCBD.

"Justru harus diberikan ruang, harus diadvokasi oleh pemerintah. Misalnya disediakan panggung, acara event, ada fashion show, mengundang sponsor, stand up comedy, jadi untuk menghidupkan, bukan dilarang."

"Ini berbahaya (kalau dilarang), karena semakin ditekan akan semakin meledak dan akan jadi perlawanan yang masif untuk anak-anak Citayam sendiri," tuturnya.

Sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Rakhmat Hidayat. [Dok. Pribadi]

Latah Citayam Fashion Week

Sementara itu, latah kultur terhadap tren Citayam Fashion Week (CFW) di tak dapat dihindari. Tak heran, jika nantinya akan bermunculan CFW di kota besar lainnya.

Baca Juga: Legislator PKS DKI Sebut Citayam Fashion Week Berpotensi Rusak Budaya Bangsa

"Nah CFW ini juga akan direproduksi namanya, orang menjadi latah. Nanti akan muncul di daerah yang lain. Misalnya di daerah Bandung, Surabaya, dan Medan. Orang akan meniru dan mereproduksi CFW ini," kata Rakhmat.

Load More