Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah | Fakhri Fuadi Muflih
Jum'at, 05 Agustus 2022 | 14:08 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (tengah), saat meresmikan pengganti nama rumah sakit menjadi rumah sehat di RSUD Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (3/8/2022). (ANTARA/Walda)

SuaraJakarta.id - Peneliti Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati mengkritisi kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Di antaranya mengganti nama jalan dengan nama tokoh Betawi dan Rumah Sakit jadi Rumah Sehat.

Wasisto menilai Anies sengaja melakukannya sebagai warisan ketika lengser nanti. Kebijakan mengganti nama itu bersifat simbolik dan gampang diingat. Bahkan sampai semua lapisan masyarakat hingga yang terbawah juga bisa mengetahuinya karena berkenaan langsung dengan warga.

"Kalau yang saya bisa baca itu Pak Anies ini berupaya menyebarkan legacy simbolik yang itu bisa menyentuh pemilih akar rumput," ujar Wasisto saat dikonfirmasi, Jumat (5/8/2022).

Soal kebijakan terbaru mengganti nama Rumah Sakit jadi Rumah Sehat, Anies disebutnya ingin menunjukan akses fasilitas kesehatan di Jakarta bisa diakses siapapun dari semua kalangan.

Baca Juga: Ganti Nama Rumah Sakit Jadi Rumah Sehat, Pengamat: Anies Ingin Dekati Akar Rumput untuk Pilpres 2024

Anies, lanjut Wasisto, berusaha menarik simpati dari kelompok masyarakat kecil seperti yang dilakukan juga saat mengganti nama jalan.

"Mengubah nama jalan Betawi ya jelas cara Pak Anies untuk bisa menarik simpati dari masyarakat asli ya, kalau dalam hal ini pribumi ya, betawi dan sebagainya untuk bisa bersimpati dengan Anies," tuturnya.

Kendati demikian, ia mengakui memang dua kebijakan ini juga menuai kontroversi dan penolakan dari masyarakat.Menurutnya hal itu karena Anies membuat kebijakan ini untuk jangka panjang, yakni agar tetap dikenal saat Pilpres 2024 mendatang.

"Pak Anies di sini berusaha menginvestasi namanya dengan nomenklatur ini bahwa kedua kebijakan terkait ini kan adalah warisan dari pak Anies semuanya. Jadi terlepas dari kontroversi yang ada," ucapnya.

Terlebih lagi, Anies bakal lengser pada Oktober 2022 mendatang dan kehilangan panggung politik. Karena itu, Anies disebut Wasisto, butuh warisan yang bisa terus diingat oleh masyarakat sampai ke Pilpres 2024.

Baca Juga: Terpopuler: Daftar Polisi yang Dimutasi Buntut Kasus Brigadir J, Anies Didesak Ganti Nama JIS

"Makanya dengan memanfaatkan basis masyarakat yang ada, terutama kelas bawah, pak Anies masih bisa mencoba untuk memperkuat kharismanya untuk bisa tetap dikenang," pungkasnya.

Load More