Rizki Nurmansyah
Kamis, 18 Agustus 2022 | 19:22 WIB
Nurhasan (tengah), Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Cabang Tangsel, usai berbincang di kantornya. [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

Pada tahun 1946, lanjut Nurhasan, suasana nusantara usai merdeka masih mencekam. Pasalnya, Belanda belum sepenuhnya angkat kaki dari bumi pertiwi. Di tahun yang sama, bahkan kembali terjadi gejolak peperangan.

Perjuangan mempertahankan kemerdekaan semakin berat. Lantaran tak hanya melawan penjajah, tapi para pejuang juga harus melawan pribumi yang jadi antek-antek Belanda.

"Kita bertempur bukan (hanya) sama Belanda, tapi sama bangsa sendiri yang mengikuti Belanda," ungkapnya.

Setelah pergolakan itu memuncak, hingga menyebabkan peristiwa 10 November di Surabaya, kemudian lahirlah gencatan senjata oleh Sultan Sjahrir di Linggarjati, Jawa Barat, yang kemudian dikenal dengan peristiwa Perjanjian Linggarjati.

Beberapa tahun setelah itu, Nurhasan kemudian pensiun setelah ikut berperang melawan penjajah Belanda di bawah komando Jenderal Soedirman.

Kontributor : Wivy Hikmatullah

Load More