SuaraJakarta.id - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Abraham Wirotomo mengklaim pemerintah terpaksa menaikkan harga BBM—yang mengundang gelombang demo dari masyarakat dalam beberapa hari terakhir—dipicu krisis ekonomi dunia.
Krisis, kata dia, seperti Covid-19 namun yang dihantam berbeda di mana ketika pandemi yang dihantam kesehatan. Sedangkan krisis kali ini yang dihantam ada tiga yakni energi, pangan, dan keuangan.
"Sekarang itu hantaman tiga krisis di dunia, yakni krisis energi, krisis pangan, dan krisis keuangan," kata Abraham selepas berbicara di atas mobil komando, Kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Kamis (15/9/2022).
Menurut dia, apabila masyarakat tidak bijak dalam menerima kebijakan pemerintah soal menaikkan harga BBM, maka Indonesia tidak akan bisa keluar dari krisis.
"Makanya pemerintah melakukan kalkulasi yang matang tadi untuk memastikan supaya Indonesia bisa keluar dari tiga krisis ini," jelasnya.
Dia juga menegaskan yang menghadapi krisis ini bukan hanya Indonesia saja, namun ada 107 negara di dunia.
Abraham menyebutkan bahwa tingkat inflasi di Amerika sudah 60 persen dan Turki 80 persen.
"Indonesia, Alhamdulillah belum mencapai selevel seperti itu, tapi kita berusaha menjaga betul, supaya harga tetap terjangkau, lapangan pekerjaan tetap terjaga, makanya anggaran fiskal kita tidak bisa tersedot hanya untuk satu dua hal saja," tuturnya.
Gelombang protes dari berbagai elemen masyarakat yang menolak kenaikan harga BBM telah berlangsung selama lebih dari sepekan. Unjuk rasa digelar sejumlah elemen di Jakarta dan berbagai daerah di Indonesia.
Baca Juga: Demo Mahasiswa di Patung Kuda, Kombes Setyo Emosi Keluarkan Kata Binatang ke Mahasiswa
Unjuk rasa yang digelar masyarakat seiring dengan kenaikan harga BBM jenis Pertalite, Solar, dan Pertamax yang diumumkan Presiden RI Joko Widodo pada Sabtu (3/9) pukul 13.30 WIB.
Harga Pertalite yang semula Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, Solar naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter, dan Pertamax naik dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter. [Antara]
Berita Terkait
-
CSIS: Situasi Sekarang Mirip 1998, Ada Ketidakadilan dan Tekanan Ekonomi
-
5 Rekomendasi Mobil Harga Rp60 Jutaan September 2025: Awet, Cocok untuk Persiapan Krisis Ekonomi
-
Jurus Hadapi Krisis Ekonomi 2030, 10 Aset Ini Wajib Dimiliki
-
Indomie dan iPhone 16 Jadi Pemicu Naiknya Angka Kehamilan Remaja
-
Alami Krisis Ekonomi, Anak Muda Ini Terjebak Utang Judi Online
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
-
Kunker Dihapus, Pensiun Jalan Terus: Cek Skema Lengkap Pendapatan Anggota DPR Terbaru!
Terkini
-
Dulu Tak Layak, Puluhan Rumah di Tangerang yang Dibedah Bikin Warga Semringah
-
Cara Mudah Klaim DANA Kaget Rp249 Ribu Langsung Cair, Jangan Sampai Ketinggalan
-
Mas Dhito Kembali Masukkan Fragmen Kepala Ganesha yang Hilang ke Museum
-
Transjakarta Uji Coba Fungsional Halte Bundaran Senayan Pascademo
-
Warga Gotong Royong Bersihkan Kantor Pemkab, Mas Dhito: Kita Bersama Jaga Rumah Rakyat