Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah | Fakhri Fuadi Muflih
Jum'at, 23 September 2022 | 07:05 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberikan sambutan dalam peresmian empat pasar di Pasar Cipinang Kebembem, Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Kamis (22/9/2022). [Suara.com/Fakhri Fuadi Muflih]

SuaraJakarta.id - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan empat pasar di Pasar Cipinang Kebembem, Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Kamis (22/9/2022). Dalam sambutannya, Anies menyoroti pentingnya memperkenalkan budaya pasar tradisional pada anak-anak.

Orang nomor satu di DKI Jakarta yang akan habis masa jabatannya pada 16 Oktober mendatang ini menyebut, generasi muda harus mengetahui bagaimana proses transaksi yang disertai tawar-menawar berlangsung.

Anies pun menceritakan kenangan didikan sang nenek saat masih kanak-kanak. Saat ia masih bersekolah, sang nenek mewajibkan anak laki-laki di keluarga

"Nenek kami itu tidak mengizinkan anak perempuan ke pasar, iya nenek kami itu malah tidak boleh. Yang perempuan gak boleh ke pasar," ujar Anies mengawali cerita.

Baca Juga: Cerita soal Mengurus Negara, Anies: Jangan Pikirkan Saya Dapat Apa

Anies menambahkan, neneknya saat itu mewajibkan anak perempuan untuk berada di dapur. Sementara untuk urusan berbelanja bahan makanan dan pangan menjadi tanggung jawab anak laki-laki.

"Yang laki-laki nggak usah masuk masak, anak laki-laki tidak boleh masuk dapur, perempuan tidak boleh ke pasar. Itu didikan masa kecil. Jadi dulu habis subuh, baru ke pasar. Baru boleh sekolah," lanjutnya.

Gubernur DKI Anies Baswedan di Pasar Kebembem, Cipinang, Jakarta Timur, Kamis (22/9/2022). (Suara.com/Fakhri)

Menurut Anies, didikan sang nenek saat itu bertujuan untuk mengenalkan interaksi pasar kepada anak laki-laki. Sebab, mereka nantinya akan menjadi kepala keluarga masa depan yang bertugas mencari nafkah.

"Biar dilatih, kalian nanti yang bertanggungjawab atas penghidupan keluarga. Kalian yang harus tahu harga-harga barang di pasar," tutur mantan Mendikbud ini.

Anies menilai, mengetahui proses tawar-menawar di pasar sangat penting bagi anak-anak. Proses transaksi yang tidak hanya ditentukan penjual, melainkan melibatkan juga pembeli ini adalah pendidikan mengenai mekanisme pasar di skala mikro.

Baca Juga: Anies Ultimatum Pedagang dan Pengelola Pasar: Jangan Cari Keuntungan Terlalu Banyak

"Ini adalah proses bagaimana kita mendidik agar pasar tetap menjadi tempat simpul interaksi perekonomian tetapi juga interaksi sosial dan di sini ada perasaan kebersamaan," jelasnya.

Program Orangtua Ajak Anak ke Pasar

Anies meminta jajarannya di BUMD Pasar Jaya untuk mengadakan program orangtua ajak anak ke pasar.

Dengan cara ini, maka budaya tawar-menawar akan tetap dipertahankan sampai ke generasi-generasi selanjutnya.

Selain itu, sang anak juga akan lebih memahami soal harga pangan atau barang, bukan hanya orangtuanya saja.

"Pak Dirut dan jajaran coba dorong supaya ada program mereka yang berbelanja membawa anak untuk ikut, membawa supaya mereka terbiasa dalam situasi-situasi transaksi pasar," kata Anies.

Wanti-wanti Manajemen Pasar Jaya

Pada kesempatan itu, Anies juga memperingatkan direksi sampai manajemen Pasar Jaya jangan sampai mengedepankan kepentingan pribadi apalagi memperkaya diri. Namun harus mengutamakan kepentingan masyarakat.

"Bagi semua yang bekerja dalam urusan perpasaran ini, direksi dan seluruh manajemen, jangan semata-mata pandang ini (mengelola pasar) sebagai cara untuk meningkatkan pundi-pundi di rumah, tapi pandang ini untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh warga di Jakarta," kata Anies.

Hal tersebut, kata Anies, karena banyak sekali yang ingin terlibat di pasar, dan ingin bertemu pengelola untuk memasukan barangnya seperti beras sehingga terdapat potensi untuk adanya berbagai 'permainan'.

"Kita harus berfikir bahwa 'saya memberikan beras untuk rakyat Jakarta'. Jangan berpikir saya dapat margin berapa dari ini kesempatan apalagi yang saya bisa berpesan. Saya pesankan ini bapak ibu sekalian karena ini adalah hajat hidup paling dasar untuk rakyat Jakarta, kebutuhan pangan ekosistem pasar tradisional tolong ini dijaga," ucap Anies.

Anies menegaskan jika semua orang yang memiliki kuasa di manapun berpikiran untuk perkaya diri sendiri, Indonesia tidak akan pernah meraih kemerdekaan.

"Bayangkan jika pendiri bangsa seperti Bung Hatta yang pendidikannya sangat tinggi ketika 95 persen masyarakat masih buta huruf, hanya memikirkan untuk memakmurkan diri sendiri tidak akan merdeka kita selama 77 tahun ini. Karenanya semua orang harus bisa mengendalikan diri, hentikan praktek memperkaya diri sendiri, kelompok dan golongan dalam ekosistem ini. Mungkin ini klasik tapi harus diungkapkan untuk mengingatkan kita semua," ucapnya.

Anies juga meminta semua direksi dan manajemen sampai tingkat terbawah dalam pengelolaan pasar di Jakarta untuk merefleksikan dirinya dan memiliki rasa malu untuk melakukan praktik-praktik yang mementingkan diri sendiri.

"Kalau perilaku itu masih dikerjakan malu lah kalian, bagaimana menjawab depan anak-anak, depan keluarga. 'Bapak kalau berangkat urusinnya untuk rakyat atau untuk kelompok bapak?' Manggilin orang rumah untuk pertemuan-pertemuan dengan kontraktor A, B, C untuk kepentingan dengan siapa pak, pertemuan malam ke restoran A, B, C, D untuk siapa pak. Saya harap refleksikan diri setelah selesai dari sini, pastikan ekosistem pangan kita bersih dari praktik semacam itu," ucap Anies.

Load More