Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Senin, 03 Oktober 2022 | 16:40 WIB
Dhani (kiri) dan ketiga kawannya foto bersama anggota Polres Probolinggo Kota yang ditugaskan di Malang. Dhani dkk merupakan korban selamat Tragedi Kanjuruhan. [Foto: TIMES Indonesia]

SuaraJakarta.id - Tragedi Kanjuruhan, Malang, yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022) malam, meninggalkan banyak cerita pilu. Ratusan orang terenggut jiwanya dalam kericuhan usai laga Arema vs Persebaya tersebut.

Salah satu korban selamat, Dhani menceritakan detik-detik gas air mata ditembakkan ke arah tribun tempat ia menonton di Stadion Kanjuruhan. Aremania asal Kota Probolinggo itu masih terpukul dengan Tragedi Kanjuruhan.

Dalam laga malam minggu yang menjadi kelabu tersebut, Dhani bersama tiga kawannya Nico, Wisnu, Nurcahyo Prayogo, duduk di tribun ekonomi.

"Di atas sendiri. Di tribun itu masih banyak tempat duduk yang kosong," katanya saat ditemui di rumahnya Jalan Cangkring, Kelurahan/Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo, Minggu (2/10) malam.

Baca Juga: Bersikeras Tetapkan Laga Kanjuruhan di Malam Hari, Akhmad Hadian Lukita Jadi Sosok yang Paling Disorot dalam Tragedi

Selama berada di tribun, Dhani dkk betul-betul menikmati laga penuh emosional itu meski di akhir laga tim tamu lah yang keluar sebagai pemenang.

Diketahui, saban Arema melawan Persebaya Surabaya, emosional, gengsi menyatu demi mendukung klub kebanggaannya.

Bagi remaja usia 18 tahun ini, ia menerima kekalahan Arema FC dengan skor 2-3. Tapi yang tak bisa ia terima adalah saat Aremania meninggal dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan.

"Hingga akhir pertandingan, kami Aremania tetap sportif. Kami tidak membuat ricuh. Sementara seorang penonton yang turun ke lapangan, itu untuk menyalami pemain Arema. Buktinya mereka (penonton dan pemain) saling rangkulan," ujarnya.

Tapi tak lama kemudian, Dhani melihat makin banyak Aremania yang turun ke lapangan. Seketika, aparat keamanan yang bertugas menghalau banyaknya penonton di tengah lapangan.

Baca Juga: Soal Tragedi Kanjuruhan, Anggota DPR: Kalau Ada Kesalahan Bisa Dipidanakan

Tak berselang lama, kericuhan antara penonton dan aparat terjadi di lapangan. Suasana makin tak terkendali.

"Petugas dan penonton saling kejar di lapangan," terangnya dikutip dari Timesindonesia.co.id--jejaring Suara.com--Senin (3/10/2022).

Karena adanya saling kejar antara penonton dan aparat, jumlah Aremania yang turun ke rumput hijau pun semakin bertambah. Puncaknya, aparat kepolisian menembakkan gas air mata ke arah lapangan hijau dan tribun penonton.

"Gas air mata itu juga mengarah ke tribun tempat saya. Mata perih gak karuan. Akhirnya saya berupaya untuk segera meninggalkan stadion," kata dia.

Berdesakan Keluar Stadion

Namun upaya Dhani dan ketiga kawannya untuk meninggalkan stadion tidak mudah. Ia harus berdesakan dengan penonton lain.

Tapi di tengah upayanya itu, ia masih sempat menolong penonton anak-anak agar bisa keluar terlebih dahulu.

Beruntung, Dhani, Nico, Wisnu dan Nurcahyo berhasil menyelamatkan diri dari bahaya kepulan asap gas air mata. Mereka kemudian menuju rumah kos seorang temannya untuk numpang bermalam, sebelum pulang ke Probolinggo pada Minggu siang.

Kini, Dhani sudah berkumpul bersama keluarganya di Kota Probolinggo. Tapi hatinya masih berkabung melihat banyak Aremania yang meninggal dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan.

Ia berharap agar insiden Tragedi Kanjuruhan tidak terulang kembali di negeri ini, bahkan di belahan dunia lainnya. Karena menurutnya, sepakbola adalah hiburan rakyat. Hiburan bagi Aremania dan fans sepakbola lain di planet bumi.

Load More