Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah | Yosea Arga Pramudita
Kamis, 06 Oktober 2022 | 20:52 WIB
Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Ade Ary Syam Indradi meninjau lokasi tembok roboh MTsN 19 Jakarta yang menewaskan tiga siswa di Pondok Labu, Jakarta Selatan, Kamis (6/10/2022) malam. [Suara.com/Yosea Arga Pramudita]

SuaraJakarta.id - Polres Metro Jakarta Selatan hingga kini masih fokus dalam penanganan korban luka dan jiwa dalam insiden tembok roboh bangunan MTsN 19 Jakarta, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (6/10/2022). Kepolisian juga fokus terhadap pengamanan aset milik sekolah.

Dalam insiden yang terjadi sekitar pukul 14.00 WIB tersebut tiga siswa kelas 8 meninggal dunia. Tembok yang roboh itu juga membikin luapan air Kali Krukut membanjiri lingkungan MTsN 19 Jakarta.

"Saat ini kami fokus penanganan korban dulu dan pengamanan aset sekolah. Prioritas malam ini adalah mengamankan TKP dan mengamankan aset dan barang-barang di sekolah dan penyisiran di TKP," kata Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Ade Ary Syam Indradi di lokasi, Kamis malam.

Hingga kini, polisi bersama pihak lain seperti Pemkot Jakarta Selatan, Sudin Gulkarmat, hingga BPBD DKI Jakarta masih melakukan penanganan di lokasi kejadian. Selain itu, garis polisi juga sudah dipasang di tempat kejadian perkara (TKP).

Baca Juga: Banjir Robohkan Tembok MTsN 19 Pondok Labu Hingga Tewaskan 3 Siswa, Kemenag Beri Santunan

Selain itu, tim identifikasi juga masih bekerja guna mengetahui penyebab tembok roboh MTsN 19 Jakarta tersebut. Selanjutnya, Ade Ary bersama Wali Kota Jakarta Selatan Munjirin juga akan mendatangi rumah korban tewas untuk menyampaikan bela sungkawa.

"Tim identifikasi Polres Metro Jaksel masih bekerja dan selanjutnya kami bersama Wali Kota akan geser ke Jagakarsa untuk menyampaikan bela sungkawa kepada keluarga korban," beber dia.

Tunggu Visum Polisi

Wali Kota Jakarta Selatan Munjirin menyebut pihaknya masih menunggu proses visum dari kepolisian. Jika proses itu sudah rampung, dia menyebut para korban meninggal dunia baru bisa dibawa pulang.

"Korban masih di rumah sakit, kami menunggu proses visum dari kepolisian kemudian baru setelah itu baru bisa dibawa pulang," kata Munjirin.

Baca Juga: 3 Jenazah Siswa MTsN 19 Jakarta Korban Tembok Roboh Masih di RS, Wali Kota Jaksel: Polisi Masih Proses Visum

Munjirin menambahkan, saat ini jajaran Polres Metro Jakarta Selatan dan Polsek Cilandak sedang melakukan penyelidikan. Untuk itu, dia menunggu proses penyelidikan yang kini masih berjalan.

"Untuk lokasi dari pihak kepolisian akan menyelidiki, kami akan membersihkan ini semua menunggu keputusan kepolisian," sambungnya.

Wali Kota Jakarta Selatan Munjirin mengecek lokasi tewasnya tiga siswa MTsN 19 Jakarta akibat tertimpa reruntuhan tembok roboh sekolahan di Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (6/10/2022) malam. [Suara.com/Yosea Arga Pramudita]

Empat Korban

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta dalam laporannya menyebut tiga korban tewas adalah siswa kelas 8.

Kepala BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji mengatakan, informasi soal tewasnya tiga siswa itu dihimpun dari kaji cepat TRC BPBD DKI Jakarta. Adapun korban tewas berinisial B, B, dan AE.

"Berdasarkan informasi kaji cepat TRC BPBD DKI, didapatkan informasi korban hingga berita ini diturunkan sebagai berikut, meninggal dunia tiga orang," kata Isnawa dalam siaran persnya.

Tembok sekolah MTsN 19 Jakarta di kawasan Pondok Labu, Jakarta Selatan, jebol dan mengakibatkan tiga orang tewas, Kamis (6/10/2022). [Suara.com/Yosea Arga Pramudita]

Selain korban tewas, dilaporkan pula ada satu siswa yang mengalami luka-luka. Kekinian seluruh korban tewas dan luka telah dibawa ke Rumah Sakit Prikasih, Pondok Labu.

"Seluruh korban sedang dibawa ke Rumah Sakit Pilkasih, untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut," sambungnya.

Isnawa mengatakan, kejadian bermula saat hujan deras yang menyebabkan air gorong-gorong meluap. Air juga menggenangi area sekolah MTsN 19 Jakarta.

Ia menambahkan, sejumlah siswa yang sedang bermain di area taman sekolah tertimpa tembok yang roboh. Pasalnya, tembok tidak mampu menahan luapan air yang ada.

"Bukan tembok ruangan kelas yang roboh," ucap dia.

Kesaksian Pramubakti

Sementara itu, Sri Yatini, pramubakti atau petugas kebersihan MTsN 19 Jakarta, mengaku tidak mengingat secara pasti kapan hujan mulai turun di lokasi kejadian. Siang itu, ketika hujan masih rintik-rintik, ia masih memantau kondisi di lingkungan sekolah.

Pasalnya, satu minggu sebelum insiden terjadi, beberapa siswa sempat berenang saat sekolah dilanda banjir. Dia pun tidak menyangka bahwa peristiwa hari ini sampai menelan korban jiwa.

"Di sudut sekolah saya berdiri supaya mantau anak-anak tidak berenang. Satu minggu sebelumnya, sekolah kami juga banjir dan sekarang lagi dan makan korban," ucap Sri ketika mengingat awal mula insiden terjadi.

Hujan tambah deras. Sri melihat para siswa mulai keluar sudut kiri sekolah yang menghadap lapangan. Guru dan karyawan MTsN 19 Jakarta pun telah melarang agar para siswa untuk tidak berenang.

Sri Yatini, pramubakti MTsN 19 Pondok Labu bercerita detik-detik robohnya tembok di sekolah itu akibat banjir. (Suara.com/Arga)

Sri kemudian bergegas ke ruang TU untuk menyelamatkan barang-barang yang ada. Dia juga mendapati ketinggian air mencapai tinggi dengkulnya.

"Begitu guru piket bilang anak-anak jangan berenang, saya tinggal ke ruang TU karena saya menyelamatkan barang di TU, air baru sedengkul," beber Sri.

Ketika sedang menyelamatkan barang seperti sepatu hingga tisue, luapan menyerupai air bah langsung menghantam kaca ruangan hingga pecah. Sri merasakan kondisi seperti gempa bumi.

"Setelah saya selamatkan sepatu, tisu diselamatkan dan begitu air bah langsung gitu, kaca pecah dan seperti di bawah kaki seperti terjadi gempa," ucap dia.

Seketika Sri trauma, dia terguncang dan mendengar suara para guru mengucapkan takbir. "Sangat trauma ya, saya rasa sendiri suara retakan kaca seperti gempa, sampai kami dan guru ucap Allahuakbar."

Load More