Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah | Faqih Fathurrahman
Kamis, 20 Oktober 2022 | 22:22 WIB
Masjid Jakarta Islamic Center (JIC) di Koja, Jakarta Utara, berdiri di lahan yang dulunya lokalisasi Kramat Tunggak. [Dok. Kominfotik Jakarta Utara]
Ilustrasi rumah bordil. [Suara.com/Ema Rohimah]

S juga menyebut, lokalisasi Kramat Tunggak biasanya mulai ramai sejak pukul 22.00 WIB hingga menjelang pagi.

Namun demikian, saat pagi hari pun, lokalisasi ini tidak padam. Alunan musik, kata S, terus berdentum untuk menarik para tamu.

"Ramainya malam. Tapi kalau pagi, musik nyala terus sampai sore," ungkap S.

Pikat Turis Asing dan Banyak Orang Tewas

Baca Juga: Berkat Aksi Heroik Kuli Bangunan, Alquran Raksasa Berbobot 100 Kg di Masjid JIC Selamat dari Kobaran Api

Selain warga lokal, lokalisasi Kramat Tunggak juga ternyata memikat rasa penasaran turis mancanegara. Kebanyakan berasal dari Jepang.

"Banyak (turis asing ke lokalisasi Kramat Tunggak). Di sini kan dekat pelabuhan. Biasanya orang Jepang tuh, banyak," jelasnya.

Ia bersyukur, lokalisasi Kramat Tunggak saat ini telah dialihkan menjadi Jakarta Islamic Center.

Sebab, saat lokalisasi itu masih beroperasi, banyak sekali penemuan orang tewas lantaran perkelahian.

"Banyak (yang meninggal), pada minum, terus mabuk berantem dah. Ada aja berita yang meninggal. Dulu harga bir masih Rp 500 perak," pungkasnya.

Baca Juga: Video Warga Gotong Selamatkan Al Quran Raksasa dari Kebakaran Masjid Jakarta Islamic Center

Load More