Scroll untuk membaca artikel
Dwi Bowo Raharjo | Faqih Fathurrahman
Sabtu, 28 Oktober 2023 | 03:25 WIB
Rumah Ani, warga Tambora, Jakarta Barat. (Suara.com/Faqih)

SuaraJakarta.id - Banyak cerita dari perkampungan warga di Tambora, Jakarta Barat. Mulai dari padat penduduk, gang senggol, hingga hingga WC komunal yang digunakan untuk beberapa keluarga.

Kawasan ini juga kerap dikaitkan dengan peredaran narkotika, hingga keamanan yang sangat rendah lantaran warga tak memiliki pagar untuk meningkatkan keamanan.

Salah seorang warga Duri Selatan, Tambora, Ani (61) mengatakan dirinya telah tinggal di kawasan itu sejak tahun 80an.

Pada sekitar tahun 95-an, di wilayahnya sempat menjadi pasar narkotika. Tak main-main, narkotika yang marak digunakan oleh masyarakat setempat merupakan putaw.

Baca Juga: AKP Andri Gustami: Banyak Tangkapan Besar Tak Ada Penghargaan Mending Cari Duit untuk Masa Depan

“Kalau di sini sekarang alhamdulillah, sudah enggak ada. Kalau zaman dulu sekitar tahun 95-an, baru. Bukannya banyak lagi, tapi pasar,” kata Ani saat ditemui Suara.com, Jumat (27/10/2023).

Ia bercerita kalau di seberang rumahnya dulu, yang merupakan rel kereta api masih banyak bedeng berdiri. Di sanalah tempat biasanya para pengedar dan pemakai bertemu untuk melakukan transaksi.

Diketahui, wilayah Duri Selatan berbatasan langsung dengan wilayah Setia Kawan, Gambir, Jakarta Pusat.

Rel kereta api yang dahulu menjadi pasar narkotika dimaksud oleh Ani merupakan perbatasan antara wilayah Setia Kawan dengan Duri Selatan.

Ani menuturkan, seiring dengan berjalannya waktu kebiasan mengkonsumsi putaw warga sekitar berkurang. Hal itu akibat para pemadat telah meninggal dunia akibat over dosis.

Baca Juga: AKP Andri Gustami Terancam Hukuman Mati, Bantu Loloskan 150 Kg Sabu Jaringan Fredy Pratama

“Sekarang sudah enggak dengar-dengar lagi. Sedangkan orang-orangnya yang dulu pada begitu udah pada meninggal,” jelas Ani.

Load More