Budi Arista Romadhoni
Kamis, 31 Juli 2025 | 17:10 WIB
Tangkapan layar video Dokter Hafiz yang tinggal di kolong jembatan. [Instagram]

SuaraJakarta.id - Sebuah potret kelam tentang bagaimana tragedi mampu merenggut segalanya terungkap di Demak, Jawa Tengah. Adalah Hafiz, seorang pria dengan latar belakang pendidikan cemerlang sebagai lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), yang kisahnya kini viral karena memilih kolong jembatan Kadilangu sebagai tempatnya bernaung dari dunia.

Kisah yang pertama kali diangkat oleh kanal YouTube Sinau Hurip ini bukan sekadar cerita tentang kemiskinan, melainkan tentang duka yang tak terperi.

Hafiz bukanlah sosok tanpa masa lalu. Ia adalah seorang dokter yang pernah menempuh pendidikan spesialis Telinga, Hidung, Tenggorokan (THT) di Singapura dan sempat membangun bisnis apotek yang sukses di kampung halamannya di Jember, Jawa Timur.

Kehidupannya kala itu nyaris sempurna. Ia menikah dengan seorang dokter asal Cianjur dan dikaruniai seorang anak.

Namun, takdir berkata lain. Badai pertama datang saat ia harus kehilangan sang istri tercinta untuk selamanya dalam sebuah kecelakaan maut. Duka itu belum usai, pukulan yang lebih telak kembali menghantamnya.

Anak semata wayangnya, yang sedang meniti ilmu di Jerman, meninggal dunia dalam kecelakaan tragis saat dalam perjalanan pulang ke Indonesia untuk merayakan wisudanya. Rentetan tragedi inilah yang menjadi titik balik, mendorong Hafiz ke jurang keterpurukan yang paling dalam.

Pukulan bertubi-tubi itu membuatnya melepaskan semua atribut duniawi yang pernah ia genggam: karier, rumah, dan status sosial.

Ia memilih jalan sunyi, membangun sebuah bedeng sederhana di bawah kolong jembatan, menjadikannya pertapaan dari pahitnya kenangan.

Meski hidup dalam kondisi yang jauh dari layak, kecerdasan dan struktur berpikirnya tidak luntur. Hal ini terlihat dari caranya berkomunikasi yang runtut dan terstruktur, sebuah bukti sahih dari latar belakang pendidikannya yang tinggi.

Baca Juga: Jumlah Penduduk Miskin Jakarta Meningkat di Tahun 2025, Ini Hasil Perhitungan BPS

Untuk bertahan, ia masih memegang dua unit ponsel yang dayanya ia isi di warung-warung sekitar.

Dokter Hafid, lulusan Universitas Indonesia dan spesialis THT dari Singapura, serta pernah menimba ilmu di Italia, memilih hidup di bawah kolong jembatan di kawasan Kadilangu, Demak, Jawa Tengah. [YouTube/Sinau Hurip]

“Dari segi bahasa komunikasinya, dia memang terlihat seorang terpelajar dan berpendidikan,” tulis salah satu warganet, merefleksikan kekaguman sekaligus keprihatinan.

Kisah Hafidz sontak memantik gelombang empati publik. Banyak yang menyerukan agar ada intervensi, baik dari pemerintah maupun komunitas, untuk membantunya bangkit.

Ini bukan lagi sekadar soal bantuan materi, tetapi menyorot isu yang lebih krusial: dukungan kesehatan mental bagi mereka yang mengalami trauma ekstrem.

“Tolong dibantu Bapak ini. Beliau orang yang bermanfaat dan perlu beraktivitas seperti biasa,” tulis salah satu netizen sebagaimana dikutip dari akun Instagram @zonagrobogan.

Komentar lain yang menyayat hati berbunyi, “Sangat dalam arti patah hati sampai jadi patah semangat. Semoga ada keajaiban setelah ini, Pak.”

Load More