Hairul Alwan
Minggu, 03 Agustus 2025 | 23:25 WIB
Ilustrasi bom- Penumpang Lion Air protes pesawat delay dengan teriak dirinya membawa bom hingga diamankan petugas dan terancam penjara.(Shutterstock).

Prosedur return to apron (RTA) ini memaksa seluruh penumpang, termasuk mereka yang tidak tahu apa-apa, harus kembali turun dari pesawat. 

Penumpang H yang menjadi sumber masalah langsung diturunkan dan diserahkan kepada petugas keamanan bandara, Otoritas Bandar Udara, dan kepolisian untuk investigasi lebih lanjut.

Tidak berhenti di situ, mimpi buruk bagi ratusan penumpang lain terus berlanjut. Seluruh barang bawaan dan bagasi harus diturunkan untuk diperiksa ulang.

"Terhadap seluruh penumpang, bagasi dan barang bawaan diturunkan serta diperiksa ulang oleh petugas keamanan bandara," ujar Danang.

Setelah melalui proses pemeriksaan yang melelahkan, hasilnya sudah bisa ditebak: tidak ada benda mencurigakan atau bom yang ditemukan. 

Namun, akibat ulah satu orang, penerbangan harus ditunda lebih lama lagi. Lion Air akhirnya menyiapkan pesawat pengganti, yaitu Boeing 737-900ER dengan registrasi PK-LSW.

"Penerbangan JT-308 kemudian diberangkatkan kembali pada hari yang sama Sabtu (2/08) dan telah mendarat di Bandar Udara Internasional Kualanamu," kata dia.

Load More