Eviera Paramita Sandi
Kamis, 07 Agustus 2025 | 10:39 WIB
Malam Tirakatan 17 Agustus (antara)

SuaraJakarta.id - Malam menjelang 17 Agustus di Indonesia memiliki suasana yang khas.

Di berbagai sudut kampung dan kompleks perumahan, warga berkumpul untuk sebuah tradisi khusyuk yang disebut Malam Tirakatan.

Ini bukan sekadar perayaan, melainkan sebuah momen perenungan, doa, dan rasa syukur yang mendalam atas kemerdekaan yang telah diraih.

Lalu, bagaimana sebenarnya sejarah dan apa makna di balik tradisi yang terus lestari ini?

Akar Tradisi Tirakatan

Untuk memahami asal-usulnya, kita perlu menengok jauh ke belakang.

Istilah "tirakat" berasal dari bahasa Arab "thariqah" yang berarti jalan, kemudian diserap ke dalam budaya Jawa sebagai laku spiritual untuk mencapai tujuan luhur dengan cara menahan hawa nafsu atau prihatin.

Awalnya, tirakatan adalah praktik individu atau kelompok kecil yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, memohon keselamatan, atau terkabulnya suatu keinginan.

Tradisi ini kemudian diadopsi ke dalam konteks yang lebih luas, salah satunya adalah sebagai ritual menyambut hari penting, termasuk Hari Kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Anti Luntur, Contek Riasan Kece Buat Pesta 17 Agustus di Kampung

Lahirnya Tirakatan Kemerdekaan

Tidak ada catatan pasti kapan Malam Tirakatan 17 Agustus pertama kali digelar secara serentak.

Namun, tradisi ini diyakini mulai tumbuh secara organik di tengah masyarakat, terutama di Jawa, tidak lama setelah Proklamasi Kemerdekaan pada tahun 1945.

Pada masa-masa awal kemerdekaan, para pendiri bangsa dan masyarakat menggelar doa bersama dan syukuran sebagai wujud terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kemerdekaan yang berhasil direbut melalui perjuangan berat. Momen ini menjadi cara rakyat untuk:

  • Mengucap Syukur: Sebagai bentuk rasa terima kasih atas anugerah kemerdekaan.
  • Mengenang Jasa Pahlawan: Merenungi dan mendoakan arwah para pejuang yang telah gugur di medan perang.
  • Memohon Keselamatan: Berdoa untuk masa depan bangsa dan negara yang baru saja lahir.

Tradisi yang awalnya bersifat spontan ini kemudian dilembagakan secara informal di tingkat Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW), menjadi acara tahunan yang ditunggu-tunggu.

Makna dan Tujuan Malam Tirakatan

  • Seiring berjalannya waktu, Malam Tirakatan tidak hanya menjadi acara ritual, tetapi juga memiliki fungsi sosial yang kuat. Berikut adalah makna utama dari penyelenggaraan tradisi ini:
  • Refleksi Sejarah: Menjadi momen bagi generasi tua untuk berbagi cerita perjuangan kepada generasi muda, menanamkan nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme.
  • Mempererat Persatuan: Malam Tirakatan adalah ajang berkumpulnya seluruh warga tanpa memandang status sosial, suku, atau agama. Ini adalah wujud nyata dari semangat gotong royong dan kebersamaan.
  • Doa untuk Bangsa: Inti dari acara ini adalah doa bersama yang ditujukan untuk kemajuan, kedamaian, dan kesejahteraan bangsa Indonesia di masa depan.
  • Simbolisme Tumpeng: Acara ini sering kali identik dengan prosesi potong tumpeng. Nasi tumpeng berbentuk kerucut merupakan simbol hubungan antara manusia dengan Tuhan, serta representasi rasa syukur.

Malam Tirakatan di Era Modern

Meskipun zaman telah berubah, esensi Malam Tirakatan tetap sama.

Acara ini menjadi pengingat bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah, melainkan hasil dari pengorbanan, doa, dan persatuan.

Di tengah tantangan modern, tradisi ini berperan penting untuk terus merawat ingatan kolektif dan memperkuat ikatan sosial di masyarakat.

Load More