Polemik Jalur Sepeda di Tol Jakarta, Polisi Tunggu Izin Kementerian PUPR

Polisi akan mengkaji dan menggelar survei terkait wacana tersebut sebelum bisa memberikan keterangan lebih lanjut.

Pebriansyah Ariefana | Fakhri Fuadi Muflih
Kamis, 27 Agustus 2020 | 17:13 WIB
Polemik Jalur Sepeda di Tol Jakarta, Polisi Tunggu Izin Kementerian PUPR
Warga bersepeda saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) di Jalan Layang Non Tol Antarasari, Jakarta, Minggu (28/6). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

SuaraJakarta.id - Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya atau Polda Metro Jaya menunggu keputusan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mengizinkan dibuat jalur sepeda di tol dalam kota Jakarta.

Hal itu dinyatakan Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Sambodo Purnomo Yogo.

"Kami menunggu Kementerian PUPR apakah diizinkan atau tidak," kata Sambodo Purnomo Yogo saat dikonfirmasi, Kamis (27/8/2020)

Sambodo mengaku akan mengkaji dan menggelar survei terkait wacana tersebut sebelum bisa memberikan keterangan lebih lanjut.

Baca Juga:Anies Minta Jalan Tol Jadi Jalur Sepeda, PKS: Cuma Bikin Goweser Oleng

"Kami akan kaji dan survei dulu," tutur Sambodo.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berkirim surat ke Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono yang mengungkapkan keinginan adanya jalur sepeda di jalan tol.

Surat permohonan bernomor 297/-1.792.1 yang berisi rencana pembuatan jalur sepeda di tol lingkar dalam Cawang-Tanjung Priok (ruas Kebon Nanas-Plumpang) itu, tertanggal 11 Agustus 2020 dan akhirnya ramai dibicarakan oleh pengguna media sosial.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo menyebutkan saat ini pemerintah pusat belum memberikan jawaban atas permohonan yang diusulkan hanya difungsikan seminggu sekali setiap akhir pekan.

"Jadi tol hanya ditutup pada hari Minggu pukul 06.00-09.00 WIB. Kendaraan roda empat dilarang melintas saat kegiatan ini sedang berlangsung. Jalan tol diperuntukkan bagi sepeda jenis road bike," ujarnya.

Baca Juga:Anies Dituding Lakukan Pembunuhan Massal Jika Buka Jalur Sepeda di Tol

Jika pemerintah pusat belum memberikan jawaban dan izin, Syafrin menyebutkan usulan ini belum bisa dilaksanakan.

Karena itu, dia belum bisa memastikan kapan pihak Pemprov DKI Jakarta mulai membuka jalur sepeda di atas jalan tol ini.

Terkait hal itu, Anggota DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak menilai gagasan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengenai jalur sepeda di jalan tol merupakan usul yang teramat janggal dan tak masuk akal.

"Ini teramat janggal dan dari segi keamanan sangat tidak masuk akal. Ini kan hanya kebutuhan hari Minggu, dari Cawang ke Priok, sebaiknya jangan mengorbankan keselamatan masyarakat," kata Gilbert saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Salah satu kejanggalan itu, kata dia, pengemudi kendaraan roda empat harus berkorban karena ruas tol tersebut ditutup pada sisi barat demi pesepeda yang sebenarnya juga terancam jiwanya karena kondisi angin di tol berjenis layang tersebut tidak dapat diduga.

"Janggal, dari safety sangat gak masuk akal, pengemudi mobil yang berkorban gak boleh masuk tol, padahal sudah bayar," kata Gilbert.

Selain itu, kata Gilbert, di tol tersebut sudah pasti akan dibutuhkan tenaga yang banyak untuk mengawasi keamanannya. Terlebih saat ini masa pandemi COVID-19 yang masih merebak sehingga juga perlu pengawasan protokol kesehatan.

"Mengawasi masyarakat selama COVID saja tidak optimal, sekarang petugas mau ditambah kerjaan yang tidak jelas," tutur Gilbert.

Pembunuhan Massal

Rencana Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta jalan tol lingkar dalam ditutup demi disulap jadi jalur sepeda khusus jenis road bike mendapatkan pertentangan dari komunitas.

Kebijakan ini dinilai bakal jadi ajang pembunuhan massal bagi pesepeda saat sudah mulai dijalankan. Wakil Ketua Umum Bidang Komunitas Ikatan Sepeda Sport Indonesia (ISSI) Toto Ame menilai tidak mungkin jalan tol akan ditutup sepenuhnya untuk pesepeda. Menurutnya jika pesepeda dan kendaraan hanya dibatasi cone plastik, maka akan menjadi berbahaya.

"Kalau hanya satu ruas dan dibatasi pakai traffic cone gitu, sama saja pembunuhan massal," ujar Toto saat dikonfirmasi, Kamis (27/8/2020).

Menurutnya meski diberikan pembatas, namun kendaraan di jalan tol memiliki kecepatan di atas 50 km per jam.

Hal ini disebutnya keberadaan pesepeda di tengah mobil yang melaju kencang akan rawan kecelakaan.

"Kalau pengemudinya hilaf dan ngga alert, sangat riskan terjadi kecelakaan," tuturnya.

Toto menilai jika nantinya jalan tol ditutup sepenuhnya tanpa anda kendaraan sama sekali, maka akan menjadi lintasan yang bagus untuk road bike.

"Kalau misalnya jalan tol ditutup sama sekali, tidak ada kendaraan bermotor hanya sepeda, itu oke banget, tapi kan kayaknya enggak mungkin kayak gitu," jelas Toto.

Ia menyebut sudah bertanya pada anggotanya dan mengaku tidak ada yang pernah mengajukan permintaan mengubah jalan tol jadi trek sepeda. Karena itu ia meminta agar Anies memaksimalkan jalur yang sudah ada saja.

"Jangan bikin kebijakan yang aneh-aneh deh. yang ada aja dioptimalkan," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini