Epidemiolog Soal Kasus Covid-19 di Jakarta: Lebih Parah dari Provinsi Lain

Epidemiolog dari Universitas Indonesia menanggapi keputusan PSBB total yang ditempuh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Apa katanya?

M. Reza Sulaiman | Lilis Varwati
Kamis, 10 September 2020 | 17:37 WIB
Epidemiolog Soal Kasus Covid-19 di Jakarta: Lebih Parah dari Provinsi Lain
Ilustrasi Pasien Covid-19. (Pexels)

SuaraJakarta.id - Epidemiolog dari Universitas Indonesia menanggapi keputusan PSBB total yang ditempuh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Apa katanya?

dr. Syahrizal Syarif, MPH, dari Fakultas Kesehatan Masyarakat mengatakan kondisi Covid-19 di Jakarta sebenarnya lebih parah dari apa yang disampaikan Anies.

Syarif menyampaikan, penduduk Jakarta lebih berisiko besar terinfeksi virus corona daripada penduduk provinsi lain.

"Lebih parah dari yang pak Anies bilang. Penduduk DKI itu risiko kena Covid lima kali lebih besar daripada penduduk Jawa Timur. Kan penduduk DKI 10 juta, penduduk Jawa Timur 39 juta. Kasusnya kalau dibagi 100 ribu per penduduk, itu namanya insiden kumulatif, adalah ukuran yang menggambarkan risiko seseorang terkena covid di suatu wilayah. Dibandingkan Jawa Tengah 8 kali lebih besar. Di banding Jawa Barat itu 17 kali lebih besar," paparnya kepada Suara.com, Kamis (10/9/2020).

Baca Juga:Vaksin Merah Putih Diproduksi Akhir 2021, Erick Thohir Prioritaskan dari LN

Masalah lain yang lebih besar, lanjutnya, seperempat kasus Covid-19 di Indonesia terdapat di Jakarta.

Padahal sebelumnya hanya 21 persen dari total kasus di seluruh provinsi.

Walaupun Pemda terus menambah jumlah rumah sakit rujukan Covid, Syarif berpandangan, jumlahnya saat ini tidak akan cukup hingga Desember mendatang.

Ia memperkirakan, jumlah kasus infeksi virus corona di DKI Jakarta akan mencapai 113 ribu pada Desember mendatang dan bisa mencapai 500 ribu se-Indonesia paa waktu yang sama.

Oleh sebab itu, ia menyampaikan ketersediaan tempat tidur harus dua kali lipat dari jumlah saat ini.

Baca Juga:Anak Kecil Tak Pakai Masker, Pesawat di Kanada Batal Terbang

"Itu bukan prediksi canggih. Sederhana saja, 50 ribu (kasus) pertama dicapai 114 hari atau 3 bulan. 50 ribu kedua dalam waktu satu bulan. 50 ribu ketiga dalam waktu 23 hari. Sekarang keempat, telah mencapai 200 ribu hanya dalam waktu 17 hari. Sekarang ini dalam waktu 15 hari. Bayangkan 15 hari, 50 ribu. Satu bulan 100 ribu. Desember tiga bulan lagi. Itu bukan prediksi epidemiolog, prediksi orang awam juga bisa. Karena angkanya jelas," paparnya.

Ia bahkan menyebut DKI Jakarta bisa sangat kewalahan karena angka kasus yang tinggi, sementara kapasitas kasur dan tempat tidur di rumah sakit yang terbatas.

"Bukan tidak mungkin, sudah pasti bisa. DKI paling tidak, tiga bulan lagi 113 (ribu) kasusnya dan kapasitas kasurnya butuh dua kali lebih banyak dari sekarang. Jadi apa yang disampaikan pak Anis tentang 17 rumah sakit isolasinya penuh, ya. Tapi situasi lebih mengerikan dari itu. Situasi tiga bulan lagi lebih mengerikan lagi," tutup Syarif.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini