Mengaitkan hadis itu, Habib Rizieq membandingkan kasus hukum penghinaan pada Presiden oleh santri dan seorang anak keturunan.
Dalam dua kasus itu, ternyata ada perbedaan perlakuan. Santri di Jawa Timur yang membuat meme dianggap menghina Presiden dan divonis hukuman, sedangkan anak cukong jelas-jelas menyumpahi Presiden malah tak diproses.

“Ada seorang santri di Jatim, membuat meme yang dianggap menghina petinggi Polri dan Presiden, ditangkap langsung dibaju tahanan, ditayangkan televisi, dkatakan ini memfitnah Presiden dan tak layak, kemudian dipenjara 4 tahun. Eh tiba-tiba ada anak cukong China bawa foto Presiden, dia pukul-pukul, sumpah serapahi, Presiden kacung. Itu tak disentuh hukum sama sekali, Apa ini negeri? Tegakkan keadilan!” jelas Habib Rizieq.
Umat Islam tak minta diistimewakan
Baca Juga:Satgas Covid Soroti Penjemputan Rizieq: Jangan Egois, Bisa jadi Malapetaka
Habib selanjutnya menegaskan permintaan agar kriminalisasi ulama dihentikan bukan berarti meminta umat Islam dinomorsatukan dalam penegakan hukum.
“Umat Islam nggak minta diistimewakan dalam hukum. Mintanya tegakkan hukum, yang salah proses!” tegasnya.
Dalam penegakan hukum, prinsip keadilan mesti terpenuhi. Habib Rizieq mengatakan jika tidak adil bakal menimbulkan bahaya.
“Justice for all, keadilan untuk semua. Tak boleh ada manusia tak diperlakukan tidak adil apapun agamanya. Bukan umat Islam saja, pada semuanya. Binatang, pohon lingkungan terutama umat manusia wajib kita bersikap adil,” tutur Habib Rizieq.
Baca Juga:Pihak Istana Bantah Halangi Kepulangan Rizieq ke Tanah Air