Tak lama istri Azmir, Asih keluar. Mereka berdua lalu menceritakan tentang apa yang terjadi. Menurutnya, semua diawali sejak 2010 silam ketika Pasar Seni Ancol tak ramai lagi pengunjung. Orderan yang diterimanya untuk mematung pun sepi.
Sejak saat itu ia mengaku sudah mulai kesulitan untuk mendapatkan penghasilan. Orderan patung dengan harga murah mau tak mau diambil oleh Azmir. Alasannya, agar dapur di rumahnya tetap ngebul.
Kendati begitu, orderan yang diterima dengan harga murah tersebut tidak banyak. Azmir masih belum bisa menghidupi keluarganya. Sampai pada 2013 malapetaka kembali datang.
Azmir didiagnosa sakit jantung. Penyakit tersebut memaksanya harus menguras tabungannya yang sedianya dipakai untuk membeli rumah, mencukupi keluarganya di masa depan pun habis untuk biaya penyembuhan.
Baca Juga:Wujudkan Patung Didi Kempot, Seniman Bantul Ini Sampaikan Pesan Menyentuh
Selama kurang lebih 3 tahun Azmir hanya berkutat untuk penyembuhan penyakitnya. Di masa penyembuhan tersebut ia harus kehilangan banyak pesanan patung.
Sampai pada 2016, terjadi peristiwa robohnya Patung Jenderal Soedirman yang ia garap di Purbalingga. Peristiwa itu membuat namanya meredup.
"Patung Jenderal Soedirman roboh. Akhirnya saya diminta mantan Bupati Purbalingga untuk merekonstruksi ulang. Saya terpaksa mengerjakannya. Nah hal itu menjatuhkan nama saya karena dianggap patungnya kok gitu baru 10 tahun sudah rusak," kata Azmir.
Padahal, lanjut Azmir, penyebab jatuhnya patung tersebut adalah lantaran pemerintah setempat minim melakukan perawatan.
Belum lagi, kata dia, bahan yang digunakan dalam membuat patung tersebut bukan kualitas terbaik lantaran Pemda setempat hanya memiliki biaya terbatas dan menolak menggunakan logam.
Baca Juga:Soal Pembangunan Patung Didi Kempot, Begini Kata Istri
"Semenjak saat itu tabungan saya terus menipis. Saya serba kekurangan," katanya.