Kronologis Adik dan Anak Raja Solo Dikurung, Cuma Makan Daun Singkong

Awal mula mereka dikuncikan itu saat Ketua BPK RI Agung Firman Sampurna datang ke Keraton Solo.

Pebriansyah Ariefana
Jum'at, 12 Februari 2021 | 17:56 WIB
Kronologis Adik dan Anak Raja Solo Dikurung, Cuma Makan Daun Singkong
Yemi, dan Kerabat Keraton lain saat mencoba mengetok pintu dari sasonoputro untuk masuk memberikan makan serta minum untuk kerabat yang "terkurung" di dalam Keraton Kasunanan Surakarta Hadingingrat (12/02/2021) jumat pagi. [Suara.com/Budi Kusumo].

SuaraJakarta.id - Kronologis adik dan anak raja Solo dikurung di sebuah ruangan gelap tanpa listrik dan air. Bahkan adik raja Solo cuma makan daun singkong saja.

Anak dan adik Raja Solo Paku Buwono XIII Hangabehi yang dikurung adalah GKR Wandansari alias Gusti Moeng dan GKR Timoer Rumbai. Sampai kini siapa dan kenapa mereka dikurung dan dikuncikan di Keraton Solo sejak Kamis (11/2/2021) siang. Di dalam mereka ditemani 2 penari dan satu pekerja rumah tangga atau pembantu.

Sedihnya, ruangan tempat mereka dikurung, air dan listrinya di cabut. Bahkan mereka tidak dikasih makan.

Awal mula mereka dikuncikan itu saat Ketua BPK RI Agung Firman Sampurna datang ke Keraton Solo.

Baca Juga:Ternyata Anak dan Adik Raja Solo Dikurung saat Ketua BPK RI Datang

Ketua Eksekutif Lembaga Hukum Keraton Solo yang juga suami Gusti Moeng, KP Eddy Wirabhumi, kepada wartawan, Jumat (12/2/2021), menceritakan kronologi kejadian tersebut.

"Kejadiannya kemarin siang, Gusti [Gusti Moeng] mendapat informasi ada tamu mobilnya RI 10. Itu rupanya Ketua BPK. Gusti merasa berkepentingan untuk menyampaikan aspirasi, karena beberapa saat lalu Gusti menerima surat dari BPK Semarang yang mempertanyakan pertanggungjawaban keuangan 2018. Karena ada Ketua BPK ke sini Gusti masuk," jelas Eddy.

Setelah Gusti Moeng yang merupakan kerabat PB XIII masuk ke lingkungan Keraton Solo, lanjut Eddy, ternyata tamu dari BPK itu dipindah ke bagian barat Keraton.

Lalu pintu di sana sini dikunci. Gusti Moeng berniat masuk melalui Keputren, namun malah terkunci di sana dan tidak bisa keluar.

Di dalam keputren ada GKR Timoer, dua penari bernama Warna dan Ika, serta seorang pembantu.

Baca Juga:Gelap-gelap Dikurung, 2 Anggota Keluarga Kerajaan Solo Makan Daun-daunan

"Saya sendiri sempat masuk, lalu sekitar pukul 22.00 WIB saya keluar. Gusti Mangkubumi sempat datang juga sekitar pukul 22.00 WIB untuk kirim makanan karena dari siang Gusti belum makan. Tapi juga tidak bisa masuk," ujar Eddy.

Eddy mengaku sangat menyayangkan kejadian itu karena menurutnya Keraton Solo bukanlah milik Raja melainkan milik dinasti.

"Namun ini malah diperlakukan seperti milik pribadi. Kepolisian juga, saya berharap mereka melakukan tugasnya sesuai UU, adil kepada siapa pun. Jangan sampai alat negara malah dipakai untuk kepentingan pribadi," katanya.

KMAT Puspawening Yemmy Triana, 48, ibunda salah satu penari yang bernama Warna, menceritakan anaknya terkurung di Keraton sejak Kamis siang dan hingga Jumat siang belum bisa keluar.

"Ini saya tidak tahu apakah mereka sudah makan atau belum. Semalaman mereka juga tidak ada penerangan. Anak saya sempat telepon tapi baterainya juga habis," kata Yemmy kepada wartawan, Jumat siang.

Yemmy mengaku tidak tahu apa alasan pintu-pintu Keraton itu dikunci.

Hingga Jumat siang Yemmy yang datang untuk membawakan makanan belum bisa masuk.

Makan daun-daunan

Dua anggota keluarga kerajaan Solo makan daun-daunan saat dikunci di sebuah ruangan di Keraton Solo. Sampai kini belum jelas alasan mereka dikunci. Namun Keraton Solo memang tengah ada konflik internal.

Dua anggota kerjaan yang terkunci itu adalah GKR Timoer Rumbai dan GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng terkurung. Mereka dikunci di dalam Keputren kompleks Keraton Solo sejak Kamis (11/2/2021) siang.

Parahnya mereka dikunci dari luar tanpa makanan, gas untuk memasak, maupun listrik.

Gusti Moeng merupakan adik kandung dari Pakubuwono (PB) ke XIII berserta keponakannya yang juga merupakan anak dari Raja Sinuhun Hangabehi yang bertahta saat ini yakni Gusti Timoer Rumbai.

GKR Timoer Rumbai dan Gusti Moeng pun memutar otak untuk memenuhi kebutuhan perut. Mereka memanfaatkan tanaman yang ada di sekitar Keputren seperti daun singkong dan daun pepaya untuk menu makanan mereka, Jumat (12/2/2021) siang.

Dua putri Keraton Solo itu beserta dua abdi dalem penari dan seorang sentono belum memperoleh logistik setelah dikunci di dalam Keraton Solo oleh orang yang belum diketahui identitasnya pada Kamis sore.

GKR Timoer, saat dihubungi Solopos.com, Jumat (12/2/2021) siang, menceritakan tengah mencari kayu bakar dan dedaunan.

Gusti Timoer menyebut tidak ada tabung gas untuk memasak di dalam bangunan Keraton Solo tempatnya terkurung.

“Ini baru cari kayu bakar untuk memasak. Sempat masak daun-daun di sini. Tadi malam sempat kerikan juga. Tadi Kanjeng Wira [KP Eddy Wirabhumi, suami Gusti Moeng] mencoba mengirim logistik, namun tidak berhasil. Jadi ya kami coba survive,” papar Gusti Timoer.

Ia mengonfirmasi terkait postingannya di media sosial yang memperlihatkan kondisinya.
Menurutnya, ia sengaja memperlihatkan kondisi di dalam Keraton agar segera memperoleh pertolongan.

Timoer menegaskan segera mengunggah gambar kondisi terbaru dalam beberapa waktu ke depan. Ia ingin masyarakat tahu kondisi keraton saat ini yang membuat dirinya sebagai pelaku adat prihatin.

“Posisi [saya] di keputren, rumah tenggan keputren. Dulu saat terkurung di sana. Tadi pagi listrik sempat menyala sebentar. Saya ingin logistik segera masuk, saya bisa kelaparan dan kedinginan,” paparnya.

GKR Timoer, Gusti Moeng, dan tiga orang lainnya terkurung di kompleks Keputren Keraton Solo sejak Kamis sore. Hingga Jumat siang mereka belum bisa keluar. Orang-orang yang mencoba mengirim makanan tidak diizinkan masuk.

Ketua Lembaga Hukum Keraton Solo, KP Eddy Wirabhumi, yang merupakan suami Gusti Moeng, mengatakan istrinya dikunci di Keraton saat hendak menemui tamu dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

"Kejadiannya kemari siang, Gusti [Gusti Moeng] mendapat informasi ada tamu mobilnya RI 10. Itu rupanya Ketua BPK. Gusti merasa berkepentingan untuk menyampaikan aspirasi, karena beberapa saat lalu Gusti menerima surat dari BPK Semarang yang mempertanyakan pertanggungjawaban keuangan 2018. Karena ada Ketua BPK ke sini Gusti masuk," jelas Eddy.

Setelah Gusti Moeng masuk, lanjut Eddy, ternyata tamu dari BPK itu dipindah ke bagian barat Keraton. Lalu pintu di sana sini dikunci. Gusti Moeng berniat masuk ke Keraton barat melalui Keputren, namun malah terkunci di sana dan tidak bisa keluar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini