Ada pula di wilayah Tangerang Selatan (Tangsel), di mana didirkan Masjid Al Muhajirin Lautze.
Tepatnya di sektor 6/7 Gading Serpong yang lokasinya lebih dekat dengan perumahan warga.
“Kita usahakan memfasilitasi orang yang mau mengenal Islam, misalnya di masjid- masjid yang terhubung dengan Masjid Lautze. Kita ya tidak tertutup khusus satu etnis saja tapi terbuka, tanpa ada paksaan bagi siapa pun yang datang,” ujar Yusman.
Meski berawal sebagai pusat informasi pengenalan agama Islam bagi warga Tionghoa, lambat laun Masjid Lautze menjadi lokasi pembelajaran toleransi antar warga.
Baca Juga:Disebut Legenda Politisi Etnis Tionghoa, Begini Reaksi Ahok
Contohnya pada saat pelaksanaan Halal Bi Halal di masa Lebaran sebelumnya adanya pandemi Covid-19.
Masjid Lautze menggandeng pemeluk agama lainnya untuk bersilaturahmi mengisi kegiatan lewat seni musik hingga seni tari.
Berangkat dari kabar itu akhirnya makin banyak orang yang tertarik untuk melihat dan merasakan langsung beribadah di Masjid Lautze.
![Ornamen kaligrafi ayat kursi dengan aksara China di Masjid Lautze Pasar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (11/2/2021). [ANTARA/Livia Kristianti]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/02/12/21583-masjid-lautze-pasar-baru-jakarta-pusat.jpg)
Tak sedikit pula wisatawan yang menghadiri Ceramah Mingguan (Cermin) untuk mengenal ajaran- ajaran kebaikan yang ditanamkan lewat Islam di Masjid Lautze.
Sebab, pihak pengurus masjid memang tidak mematok batasan terkait latar belakang pengunjung.
Baca Juga:Rayakan Imlek, Warga Kenang Gus Dur: Tanpa Beliau Tak Akan Ada Kemeriahan
Tidak sedikit warga dari Amerika, Australia, hingga Jepang sengaja datang ke Masjid Lautze untuk belajar hingga memutuskan jadi mualaf.