"Tetangga depan saya banyak kontrakan, itu banyak yang meninggal. Belakang rumah saya juga banyak. Pokoknya itu musibah besar," sambungnya.
![Kondisi terkini bendungan Situ Gintung di Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. [Suara.com/Wivy]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/03/30/95776-12-tahun-situ-gintung.jpg)
Dalam situasi mencekam, Supriyati sempat menolong salah seorang bayi berusia 40 hari. Bayi itu diberikan oleh kakeknya yang kemudian hanyut dengan ibunya. Keduanya hanyut beberapa ratus meter dan baru diketemukan siang dengan keadaan selamat.
"Saya sempat ambil dari kakeknya dan meluk bayinya karena kedinginan. Sedangkan ibu dan kakeknya hanyut dan ditemukan siangnya harinya dalam keadaan selamat," ungkapnya. Bayi tersebut, kini diketahui bernama Satria.
Supriyati memperkirakan, dalam musibah bendungan Situ Gintung jebol itu, ada sekira 101 orang yang meninggal. Kebanyakan mereka meninggal karena terseret arus dan terlalu banyak meminum air bercampur lumpur.
Baca Juga:Pakai Baju Habib Rizieq, Ojol Terduga Teroris Dibekuk di Ciputat Tangsel
"Banyak korban meninggal yang terjebak di dalam rumah dan terombang-ambing ombak air bendungan. Di tambah air sudah tercampur lumpur. Jadi kalau ketelan, banyaknya nggak selamat. Banyak yang dibawa ke RSUP Fatmawati dan meninggal. Ada 101 yang meninggal," katanya sambil mengelus dada.
Supriyati menambahkan, dari ratusan korban jebolnya bendungan Situ Gintung, masih ada empat jasad yang sampai saat ini belum ditemukan. Yakni, satu bayi berusia 9 bulan, satu anak laki-laki kelas 4 SD. Kemudian ada ibu-ibu berusia 23 dan 45 tahun.
"Sudah 12 tahun, tapi masih ada yang belum ditemuin. Bayi 9 bulan, anak kelas 4 SD laki-laki, ibu-ibu umur 23 dan ibu-ibu sekira 45 Ibu Eti. Bu Eti ini tetangga saya, terakhir ketemu itu hari Kamis habis merayakan Maulid Nabi. Habis pada masak-masak dan kita belum sempat beres-beresin perabotan. Tetapi subuhnya ada musibah itu," beber Supriyati mengenang tetangganya itu.
Meski 12 tahun berlalu, tetapi Supriyati mengaku, masih merasakan trauma mendalam akibat musibah tersebut. Dia, sering menangis tanpa sebab, ketika melihat derasnya aliran kali dari bendungan tersebut.
"Sudah 12 tahun masih keingat. Saya kalau ngelihat aliran air kenceng di kali lagi besar, ya saya keingat kejadian itu. Sedih, takut. Kalau keingetan saya nangis sendiri, takut. Karena waktu itu situasinya emang mencekam," pungkasnya.
Baca Juga:Antisipasi Teror Bom di Tangsel, Airin Perketat Keamanan Tempat Ibadah
![Kondisi terkini bendungan Situ Gintung di Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. [Suara.com/Wivy]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/03/30/30478-12-tahun-situ-gintung.jpg)
Diketahui, bendungan tersebut dibangun pada masa kolonial Belanda pada tahun 1932-1933. Bendungan tersebut memiliki luas sekira 21,4 hektare dengan kedalaman 10 meter.
Kini, 12 tahun berlalu, bendungan tersebut sudah ramai aktivitas warga lagi. Pantauan SuaraJakarta.id di lokasi banyak warga yang tengah jogging di sana.
Ada juga sejumlah warga yang hanya duduk di pinggiran bendungan menikmati pemandangan dan mengobrol dengan temannya. Mereka yang berkunjung ke bendungan Situ Gintung juga disuguhi berbagai macam jajanan yang dijajakan warga sekitar.
Kontributor : Wivy Hikmatullah