SuaraJakarta.id - Setelah dihujat karena ragukan CCTV Mabes Polri rekam Teroris Zakiah Aini, kini Arie Untung analisa pikiran teroris. Arie Untung menilai teroris menganggap Indonesia sebagai tempat perang.
Arie Untung merasa heran karena ia pribadi menganggap bahwasanya kini umat Muslim di Indonesia sama sekali tak sedang dalam kondisi perang.
Arie Untung mengatakan hal itu dalam sebuah video baru yang ditayangkan di kanal YouTube Daniel Mananta Network bertajuk "Ini Pendapat Arie Untung tentang Jihad - Daniel Tetangga Kamu".
Daniel Mananta yang penasaran dengan hubungan antara jihad dan perang kemudian menanyakan seputar hal itu kepada Arie Untung yang seperti kita tahu merupakan salah satu selebritas yang sudah hijrah.
Baca Juga:Buka Suara! Haji Popon Jawab Pengakuan Teroris Condet Diajarkan Ilmu Kebal
"Cuma mereka ini ... cuma melihat bahwa mereka dalam kondisi perang sekarang," ujar Arie Untung, sebagaimana dikutip terkini.id pada Selasa (6/4/2021).
Arie Untung lantas menegaskan umat Islam sama sekali tidak sedang dalam kondisi perang seperti apa yang diyakini para teroris.
"Kita nggak kondisi perang," kata dia.
"Dia (teroris) bilang negaranya tagut, ibaratnya gitu. Dia anggap bahwa kita ini berada dalam pemerintahan yang memerangi Islam seolah-olah ada pandangan seperti itu," tutur Arie.
Padahal, Arie Untung menilai bahwa saat ini umat Muslim dalam keadaan damai dan bisa hidup berdampingan satu sama lain.
Baca Juga:Nekat Serang Mabes Polri, Teman Bongkar Kelakuan Zakiah Aini Saat Kuliah
Contoh paling sederhananya, umat Muslim masih bebas melaksanakan salat dengan tenang atau melakukan ritual-ritual keagamaan lainnya, seperti haji, umrah, atau bahkan menggunakan bank dengan sistem syariah.
"Padahal kita masih bisa salat, bro! Kita masih bisa berangkat haji, umroh, ada bank syariah segala macam gitu, ya," terang Arie.
Seandainya pun para teroris memang menganggap diri mereka sedang dalam kondisi perang lantaran misalnya perbedaan pendapat, maka hal itu menurut Arie Untung masih sangat bisa diademkan lewat jalur diplomasi dengan musyawarah mufakat.
"Mungkin ada hal yang nggak sependapat, ya, which is itu bisa duduk, bisa diskusi, dan lu enggak lagi perang sama siapa-siapa," pungkasnya.