Dodol tersebut banyak laku bergantung pada momen. Yakni momen hajatan atau pernikahan, acara-acara masyarakat dan momentum lebaran.
"Kalau hari-hari biasa dodol ini banyak dibeli buat hantaran hajatan adat masyarakat Betawi. Kalau nggak ada dodol, katanya orang nggak mampu. Terus kalau ada acara-acara di kelurahan misalnya, itu juga pada pesen. Nah paling rame saat momen lebaran," terang Asep.
Dodol Cilenggang hasil produksinya yang dianggap khas Betawi, diakui berbeda dengan dodol Garut. Dodol Betawi miliknya dibuat dengan bahan utama beras ketan, kelapa, gula merah dan gula putih.
"Semua bahan berbeda. Kalau Dodol Garut itu pakai lemak kambing kalau dodol Betawi nggak, jadi cuma beras ketan, kelapa, gula merah dan putih. Udah itu aja," pungkasnya.
Baca Juga:Polisi: Bentrok Oknum FBR dan Forkabi di Pejaten Timur karena Salah Paham
Sementara itu, Eti salah satu pembeli mengaku, dirinya sudah langganan setiap tahun membeli Dodol Cilenggang khas Betawi.
Menurutnya, dodol tersebut menjadi salah satu sajian wajib ada saat momen lebaran Idul Fitri.
"Kayaknya kalau nggak ada dodol nggak enak gitu. Harus ada, kalau nggak ada lebaran kurang enak gitu," ungkapnya ditemui saat membeli dodol milik Asep, Minggu (9/5/2021).
Kontributor : Wivy Hikmatullah
Baca Juga:Bentrok FBR Vs Forkabi di Pejaten Timur: karena Satu Orang Rusak Bendera