Meski mengaku keteteran, Asep menuturkan, orderan Dodol Cilenggang tahun ini masih jauh dibandingkan dengan momen lebaran sebelum pandemi covid-19.
"Sebelum pandemi, momen lebaran itu sehari bisa 900 kilogram yang terdata, tapi ada banyak yang nggak ke data, bisa jadi lebih dari 1 ton," sebutnya.
![Para pekerja sedang mengaduk adonan Dodol Cilenggang produksi rumahan Titi Mugi Jaya di Cilenggang, Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). [Suara.com/Wivy Hikmatullah]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/05/12/33051-dodol-cilenggang.jpg)
Warisan Ayah
Pria 39 tahun itu menuturkan, usaha Dodol Cilenggang tersebut merupakan warisan dari ayahnya yang sudah dirintis sejak tahun 1995.
Baca Juga:Dodol Khas Kayong Utara Jadi Buruan Jelang Lebaran, Penjual Semringah
Pada tahun 1990-an, kata Asep, di tempat tinggalnya itu hampir semua warga membuat dodol lantaran semua bahan baku dodol hampir setiap warga punya di dapurnya masing-masing.
Namun lama kelamaan, warga yang membuat dodol berkurang. Hal itu dijadikan kesempatan ayahnya untuk memulai usaha dodol.
Saat itu Dodol Cilenggang masih dijual keliling. Tetapi saat ini penjualannya hanya buka warung rumah dan melayani pesanan.
Dodol tersebut banyak laku bergantung pada momen. Yakni momen hajatan atau pernikahan, acara-acara masyarakat dan momentum lebaran.
"Kalau hari-hari biasa dodol ini banyak dibeli buat hantaran, adat masyarakat Betawi. Kalau nggak ada dodol, katanya orang nggak mampu. Terus kalau ada acara-acara di kelurahan misalnya, itu juga pada pesan. Nah paling ramai saat momen lebaran," terang Asep.
Baca Juga:Jelang Idul Fitri, Produksi Dodol Betawi Meningkat
![Dodol Cilenggang produksi rumahan Titi Mugi Jaya di Cilenggang, Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). [Suara.com/Wivy Hikmatullah]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/05/12/91669-dodol-cilenggang.jpg)
Sajian Wajib Lebaran