Nikmatnya Dodol Cilenggang, Makanan Khas Betawi Saat Lebaran

Dodol Cilenggang tersebut menjadi salah satu sajian wajib ada saat momen lebaran Idul Fitri.

Rizki Nurmansyah
Kamis, 13 Mei 2021 | 10:05 WIB
Nikmatnya Dodol Cilenggang, Makanan Khas Betawi Saat Lebaran
Dodol Cilenggang produksi rumahan Titi Mugi Jaya di Cilenggang, Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). [Suara.com/Wivy Hikmatullah]

Asep menjual Dodol Cilenggang produksinya per kilogram. Setiap kilo dia jual dengan harga Rp 52 ribu. Jika dihitung sehari produksi 600 kilogram, maka dalam sehari Asep mendapat omzet Rp 31.200.000.

"Kalau omzet ya dihitung harga per kilo, kira-kira segitulah," katanya.

Setiap hari, Asep memproduksi Dodol Cilenggang mulai pukul 01.00 WIB dan selesai pukul 12.00 WIB.

Untuk tenaga kerja, Asep pun menambah tenaga pekerja seiring dengan meningkatnya pesanan menjelang lebaran. Dalam sekali mengolah dodol, ada 5 wajan dodol yang dia buat. Setiap wajannya berkapasitas 60 kilogram.

Baca Juga:Dodol Khas Kayong Utara Jadi Buruan Jelang Lebaran, Penjual Semringah

"Yang ngaduk dodol ada 10 orang, awalnya cuma dua orang. Karena keteteran banyak pesanan nambah 8 orang lagi. Mereka dari Rumpin. Peningkatannya kan 100 persen. Setiap sekali masak 5 wajan kapasitas 60 kilogram dodol," bebernya.

Meski mengaku keteteran, Asep menuturkan, orderan Dodol Cilenggang tahun ini masih jauh dibandingkan dengan momen lebaran sebelum pandemi covid-19.

"Sebelum pandemi, momen lebaran itu sehari bisa 900 kilogram yang terdata, tapi ada banyak yang nggak ke data, bisa jadi lebih dari 1 ton," sebutnya.

Para pekerja sedang mengaduk adonan Dodol Cilenggang produksi rumahan Titi Mugi Jaya di Cilenggang, Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). [Suara.com/Wivy Hikmatullah]
Para pekerja sedang mengaduk adonan Dodol Cilenggang produksi rumahan Titi Mugi Jaya di Cilenggang, Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). [Suara.com/Wivy Hikmatullah]

Warisan Ayah

Pria 39 tahun itu menuturkan, usaha Dodol Cilenggang tersebut merupakan warisan dari ayahnya yang sudah dirintis sejak tahun 1995.

Baca Juga:Jelang Idul Fitri, Produksi Dodol Betawi Meningkat

Pada tahun 1990-an, kata Asep, di tempat tinggalnya itu hampir semua warga membuat dodol lantaran semua bahan baku dodol hampir setiap warga punya di dapurnya masing-masing.

Namun lama kelamaan, warga yang membuat dodol berkurang. Hal itu dijadikan kesempatan ayahnya untuk memulai usaha dodol.

Saat itu Dodol Cilenggang masih dijual keliling. Tetapi saat ini penjualannya hanya buka warung rumah dan melayani pesanan.

Dodol tersebut banyak laku bergantung pada momen. Yakni momen hajatan atau pernikahan, acara-acara masyarakat dan momentum lebaran.

"Kalau hari-hari biasa dodol ini banyak dibeli buat hantaran, adat masyarakat Betawi. Kalau nggak ada dodol, katanya orang nggak mampu. Terus kalau ada acara-acara di kelurahan misalnya, itu juga pada pesan. Nah paling ramai saat momen lebaran," terang Asep.

Dodol Cilenggang produksi rumahan Titi Mugi Jaya di Cilenggang, Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). [Suara.com/Wivy Hikmatullah]
Dodol Cilenggang produksi rumahan Titi Mugi Jaya di Cilenggang, Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). [Suara.com/Wivy Hikmatullah]

Sajian Wajib Lebaran

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini