Kisah Korban Bom Thamrin 2016, Memaafkan Pelaku Walaupun Susah

Fisiknya jauh menurun setelah jadi korban ledakan bom Thamrin 2016 silam, meski secara psikis Dina sudah jauh lebih baik.

Rizki Nurmansyah
Kamis, 27 Mei 2021 | 16:35 WIB
Kisah Korban Bom Thamrin 2016, Memaafkan Pelaku Walaupun Susah
Peringatan satu tahun Tragedi Bom Thamrin 14 Januari 2016, di Pos Polisi Perempatan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Sabtu (14/1).

SuaraJakarta.id - Tanggal 14 Januari 2016, sebuah bom bunuh diri meledak di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Bom Thamrin 2016 itu menyebabkan puluhan orang terluka. Salah satunya Andi Dina Noviana Rivani.

Dampak dari ledakan bom Thamrin lima tahun lalu itu masih membekas sampai sekarang di tubuh Dina. Pendengarannya menurun. Tangannya sudah tidak dapat mengangkat beban yang berat.

Dan kedua kakinya sudah tidak mampu menopang tubuh Dina untuk berjalan jauh. Fisiknya jauh menurun setelah jadi korban ledakan bom Thamrin 2016 silam, meski secara psikis Dina sudah jauh lebih baik.

Hal itu disampaikan Dina saat menjadi narasumber di acara short course daring Penguatan Perspektif Korban dalam Peliputan Isu Terorisme yang digelar Aliansi Indonesia Damai (AIDA) secara virtual, beberapa waktu lalu.

Baca Juga:Kisah Korban Bom Teroris Jakarta dan Surabaya : Marah dan Luka, Tapi Mau Memaafkan

"Sekarang dampaknya terasa sekali. Jalan yang tadinya bisa sampai 5 kilometer, sekarang cuma 3 kilometer saja," kata Dina.

Air mata Dina tak terbendung saat menceritakan kisah kelamnya ini. Sesekali suaranya terdengar berubah menjadi berat. Dina masih belum melupakan memori kelam bom Thamrin itu meski sudah lima tahun berlalu.

Meski demikian, Dina tetap tegar dan bersyukur kepada Allah SWT. Sebab doanya untuk bisa tidur dengan nyenyak setelah berdamai dengan rasa trauma yang selalu menghantui setiap malam, telah dikabulkan Allah SWT.

"Saya berdoa. Saya minta sama Allah, kasih saya tidur walau cuma satu hari. Karena saya sudah ketakutan, telinga berdengung terus. Badan panas seperti terbakar," jelas Dina.

Dina lahir di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Saat jadi korban ledakan bom Thamrin, Dina bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta.

Baca Juga:Bali Jadi Kota Mati, Pandemi Covid-19 Lebih Dahsyat dari Bom Bali

Saat itu, Dina berada di luar kantor. Tepatnya di sekitar kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Dia tidak tahu bahwa tempat yang didatanginya waktu itu sangat berbahaya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini