"Lu kira-kira berani gak? Kita lawan aja nyok," tutur Mandra menirukan ajakan Benyamin saat itu.
Benyamin, kata Mandra, yang pertama kali punya inisiatif untuk melawan protokol pengamanan tersebut.
Dia mengatakan bahwa meski dirinya takut diborgol karena melawan tetapi mau enggak mau mengikuti inisiatif Benyamin.
"Tapi bareng ya, daripada gua diborgol dia (Benyamin) kaga," tuturnya.
Baca Juga:Peringatan 1 Abad Kelahiran Soeharto, Tutut: Di Era Order Baru Kemiskinan Berhasil Ditekan
Selain itu, menurut Mandra, selama dia dan Benyamin pentas di atas panggung, di sekeliling ruangan terlihat pengawal Presiden melotot memperhatikannya.

"Di ujung-ujung kumisnya gede-gede banget (pengawal) itu melototin kita aja, enggak ketawa pisan. Lagi melototin kita aja," ceritanya.
Mandra mengaku dirinya takut, bahkan selama pentas ia dan Benyamin selalu menunduk, tidak berani melihat ke arah pengawal Presiden tersebut.
"Itu yang namanya almarhum (Benyamin) baru kita ngelawak berdua sama-sama nunduk," kenang Mandra.
Ketika itu, menurut Mandra, Benyamin menyanyikan lagu "Ondel-Ondel", saat itu ia disuruh memberikan mic kepada Bu Tien agar ikut bernyanyi juga.
Baca Juga:Hadiri Peringatan 100 Tahun Soeharto, Anies: Sosok yang Harus Diteladani
Namun, Mandra menolaknya karena ia merasa takut.
"Kita megang mic satu, disuruh angsrongin ke Ibu Tien. Lah, gua mau digamparin, ogah. Lah kaga dah," ungkapnya.
Singkat cerita, akhirnya Benyamin sendiri yang memberikan mic kepada Ibu Tien untuk ikut bernyanyi.
"Akhirnya apa? Dia (Benyamin) yang deketin. Ibu Tien mau bangun, nyokk (sautan dalam lagu ondel-ondel). Buahhilah.. itu yang lain pada tepuk tangan," cerita Mandra.