Melonjak! 19 Ribu Orang di Jakarta Masih Positif COVID-19

Mereka belum sembuh saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan umumkan Jakarta genting COVID-19.

Pebriansyah Ariefana | Fakhri Fuadi Muflih
Selasa, 15 Juni 2021 | 13:40 WIB
Melonjak! 19 Ribu Orang di Jakarta Masih Positif COVID-19
Antrean panjang pasien COVID-19 di Wisma Atlet (ist)

SuaraJakarta.id - Sebanyak 19 ribu orang di Jakarta masih positif COVID-19. Mereka belum sembuh saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan umumkan Jakarta genting COVID-19.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Widyastuti mengatakan lonjakan kasus terpantau sangat signifikan belakangan ini. Bahkan hanya dalam satu pekan, ditemukan 9 ribu orang positif Covid-19.

"Selama dua minggu ini, kenaikannya konstan dan cenderung mengalami lonjakan hingga per 14 Juni 2021 kasus aktif di Jakarta mencapai angka 19.096 atau naik 9.000-an kasus," ujar Widyastuti dalam keterangan tertulis, Senin (15/6/2021).

Kenakian kasus menunjukan peningkatan signifikan dalam beberapa hari terakhir.

Baca Juga:Deretan Anak Artis Terinfeksi Covid-19, Terbaru 2 Putri Zaskia Adya Mecca

Awalnya ketika dua pekan lalu penambahan hariannya hanya 300-700 kasus, mendadak melonjak jadi 2.000 sampai 2.700 kasus.

"Dengan kenaikan positivity rate yang juga signifikan di angka 17,9 persen," ucap Widyastuti.

3 Varian Baru Virus COVID-19

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyebut 3 varian baru virus COVID-19 masuk Jakarta. Di antaranya dari Inggris, Afrika Selatan, dan India.

Hal itu dipastikan Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti. Varian baru tersebut ditemukan dari hasil pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) dari 19 kasus Covid-19, dan temuan itu kebanyakan berasal dari tenaga kerja Indonesia.

Baca Juga:2 Anaknya Positif Covid-19, Hanung Bramantyo Baper Serumah Pisah Kamar

"Ada tiga varian yang ditemukan di Jakarta. Alfa (Inggris), Beta (Afrika Selatan), dan Delta (India)," ucapnya di Balai Kota DKI, Senin malam.

Lebih lanjut, Widyastuti menyebutkan, pekerja migran yang terpapar varian baru Covid-19 itu sedang di rawat di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Pademangan.

"Lima berasal dari warga negara kita tapi dalam posisi sembuh dan sehat," ungkap Widyastuti.

Kendati demikian, Widyastuti mengatakan bahwa pihaknya belum bisa memastikan riwayat perjalanan belasan orang yang terpapar varian baru virus Corona tersebut.

"Kita belum tahu pasti berasalnya dari mana, tapi kalau yang pekerja migran memang datang ke kita (sudah) positif," tandasnya.

Naik hampir 400 persen

Pasien COVID-19 Wisma Atlet naik hampir 400 persen. Sehingga menyebabkan antrean panjang pasien COVID-19 masuk ke sana.

Hal itu diungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus. Jumlah penaikan itu selama 10 hari terakhir.

"Kita lihat kondisi Wisma Atlet jumlah pasien meningkat hampir 359 persen, bahkan mendekati 400 persen dalam 10 hari terakhir ini. UGD Wisma Atlet penuh dan pasien terus berdatangan," tutur Yusri dalam keterangan videonya, Jakarta, Selasa (15/6/2021).

Pemprov DKI Jakarta memutuskan untuk memperpanjang kembali kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro hingga 28 Juni 2021 seiring tingginya kasus aktif dalam beberapa pekan terakhir imbas libur lebaran.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Selasa, menyebutkan perpanjangan PPKM Mikro diputuskan melalui Kepgub No. 759 Tahun 2021 dan Ingub Nomor 39 Tahun 2021 karena peningkatan kasus aktif di Ibu Kota menunjukkan tren mengkhawatirkan pascalibur lebaran.

Berdasarkan data Dinkes DKI Jakarta, pada tanggal 31 Mei 2021 saja atau tepatnya saat perpanjangan PPKM Mikro sebelumnya, kasus aktif di Jakarta sudah menunjukkan angka 10.658 dengan "positivity rate" 7,6 persen dari hasil tes PCR.

"Selama dua minggu ini, kenaikannya konstan dan cenderung mengalami lonjakan hingga per 14 Juni 2021 kasus aktif di Jakarta mencapai angka 19.096 atau naik 9.000-an kasus. Bahkan, beberapa hari ini pertambahan kasusnya mencapai 2.000, 2.300, 2.400, dan 2.700 dengan kenaikan "positivity rate" yang juga signifikan di angka 17,9 persen," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti.

Menurut Widyastuti, ada hal lain yang juga tak kalah mengkhawatirkan, yakni varian baru mutasi virus Sars-Cov-2 atau COVID-19, yakni varian yang berasal dari luar negeri, di mana transmisi virus ini sudah ada di Jakarta.

Widyastuti memaparkan, ada beberapa varian yang harus diwaspadai, terutama varian Delta B1617.2 yang sudah bertransmisi di Jakarta.

"Varian baru ini cukup merepotkan karena mereka memiliki kemampuan tersendiri untuk menginfeksi kita, seperti kita ambil contoh varian Delta B1617.2 yang amat mudah menyebar dan varian Beta B1351 yang amat mudah membuat gejala menjadi berat atau lebih mematikan. Meskipun menurut penelitian terakhir, seluruh varian masih dapat diantisipasi dengan vaksin, tetapi ini benar-benar harus kita waspadai bersama," ujar Widyastuti.

Melihat Jakarta yang memasuki fase krusial dan mencegah agar tak masuk fase genting, Widyastuti memastikan seluruh jajaran Pemprov DKI kini tengah bekerja menyiapkan antisipasi jangka pendek terlebih dahulu dengan menambah semaksimal mungkin kapasitas keterisian tempat tidur isolasi atau "bed occupancy rate" (BOR).

Seperti diketahui, ada peningkatan keterisian pasien COVID-19, per tanggal 31 Mei 2021 kapasitas tempat tidur isolasi di Jakarta sebesar 6.621 dan terpakai 2.176 atau 33 persen dan ICU sebesar 1.014 dan terpakai 362 atau 36 persen.

"BOR kita juga naik signifikan per tanggal 14 Juni kapasitas tempat tidur isolasi sebanyak 7.341 terisi 5.752 atau sudah menyentuh 78 persen hanya dalam dua minggu dan ICU sebesar 1.086 terisi 773 atau 71 persen. Dari 78 persen keterisian tempat tidur tersebut 25 persennya merupakan warga luar DKI Jakarta dan komitmen kami tetap untuk tak membeda-bedakan pelayanan, tetapi ini menjadi peringatan bahwa virusnya tak mengenal batas wilayah," tutur Widyastuti.

Hal ini, kata dia, harus diantisipasi dengan terus menambah jumlah tempat tidur. Karenanya, Pemprov DKI Jakarta telah menggandeng berbagai pihak dan memanfaatkan berbagai sumber daya untuk menambah BOR, di mana kami berencana menambah fasilitas isolasi mandiri bekerja sama dengan pusat dengan BNPB, seperti Rusun Nagrak Cilincing, Wisma PMII, dan Wisma Ragunan.

"Nantinya fasilitas itu akan digunakan sebagai fasilitas tambahan bila Wisma atlet mengalami lonjakan orang yang harus ditangani," tutur Widyastuti.

Selain penambahan kapasitas tempat tidur, menurut Widyastuti, Pemprov DKI Jakarta juga tengah mengusulkan kepada Pemerintah Pusat untuk menambah "tracer" (petugas yang akan melakukan pelacakan) di mana para "tracer" inilah yang nantinya memegang peran penting untuk melakukan deteksi dini.

"Sehingga, pengendalian dapat dilakukan dengan baik," ucapnya.

Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga menguatkan sinergi dan kolaborasi dengan jajaran Forkopimda serta seluruh elemen masyarakat guna mengintervensi dan mengantisipasi agar Jakarta tak masuk ke fase genting.

Nantinya, penguatan ini akan diimplikasikan dalam berbagai kegiatan, seperti operasi gabungan guna membentuk pendisiplinan kolektif. Berdasarkan pengalaman pada tahun lalu, jika Jakarta masuk fase genting, maka Pemprov DKI harus menarik rem darurat yang akan berdampak pada perekonomian.

"Ibu Kota kini dalam kondisi yang memerlukan perhatian ekstra. Bila kondisi sekarang tak terkendali, kita akan masuk fase genting, dan jika fase itu terjadi, maka kita harus ambil langkah drastis seperti yang pernah dialami bulan September dan Februari tahun lalu. Kita inginkan peristiwa itu tak berulang. Untuk itu, maka dua unsur harus kerja bersama. Unsur rakyat warga dengan pemerintah dan penegak hukum, harus kolaborasi, masyarakat menjalankan 3M dan kita (di Pemerintahan) semua laksanakan 3T," ujar Anies.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini