Joe Biden Ingatkan Jakarta Akan Tenggelam 10 Tahun Lagi, Geolog: Betul!

Jakarta dan sejumlah wilayah pesisir pantai utara memang tengah mengalami penurunan tanah yang lebih cepat berdasarkan kajian geologis.

Pebriansyah Ariefana
Senin, 02 Agustus 2021 | 07:20 WIB
Joe Biden Ingatkan Jakarta Akan Tenggelam 10 Tahun Lagi, Geolog: Betul!
Foto udara tanggul yang rusak di perumahan Pondok Gede Permai, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (19/2/2021). ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/foc.

SuaraJakarta.id - Geolog setuju Presiden Amerika Serikat Joe Biden ingatkan Jakarta akan tenggelam 10 tahun lagi. Pakar Geologi dari Universitas Padjdjaran Bandung Dicky Muslim minta warga Jakarta dan semua pejabat negara untuk sadar dengan potensi Jakarta tenggelam.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Wilayah Jawa Barat dan Banten itu pun yakin, pesan yang disampaikan Joe Biden tersebut telah melalui sebuah kajian. Artinya, Joe Biden tidak asal-asalan dalam menyampaikan pernyataannya itu.

“Joe Biden sudah tepat mengingatkan. Saya pribadi sih bersyukur, jadi diingatkan bersama bahwa ada masalah lo dengan Jakarta,” ungkap Dicky dilansir Solopos.com.

“Tentu Presiden Amerika akan bertanya dulu dalam menyiapkan pidatonya. Dia kan tidak menyoroti Jakarta saja kan dalam pidatonya, tetapi masalah global, pemanasan global. Jakarta menjadi contoh karena ada informasi kepada Beliau tentang Jakarta,” tutur Dicky.

Baca Juga:Riza Bantah Joe Biden Soal Perkiraan Jakarta Tenggelam 10 Tahun Mendatang

Jakarta dan sejumlah wilayah pesisir pantai utara memang tengah mengalami penurunan tanah yang lebih cepat berdasarkan kajian geologis, salah satunya akibat ekstraksi air tanah.

Seorang bocah perempuan berjalan melintasi banjir di kawasan Kedoya Utara, Jakarta Barat, Minggu (21/2/2021). [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja]
Seorang bocah perempuan berjalan melintasi banjir di kawasan Kedoya Utara, Jakarta Barat, Minggu (21/2/2021). [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja]

“Kalau istilah saya di kelas itu bunuh diri pelan-pelan. Airnya diambil pelan-pelan dan masyarakat serta pemerintah seakan tak peduli (dengan kondisi penurunan tanah),” sesalnya.

Bahkan, kata Dicky, penurunan tanah lebih cepat di kawasan Jakarta, termasuk daerah-daerah di pesisir pantai utara sudah diprediksi terjadi sejak 10 tahun silam yang mengacu pada hasil studi geodesi, sedimentasi dan tata ruang.

“Berdasarkan studi geodesi, sedimentasi, dan tata ruang, memang sejak 10 tahun lalu sudah diprediksi penurunan permukaan lebih intensif itu bakal terjadi. Kondisi diperparah dengan pengambilan air, iklim, air laut naik, sehingga persoalannya makin kompleks,” papar Dicky.

Dicky menjelaskan wilayah Jakarta dan sejumlah daerah di pesisir pantai utara memang rawan terjadi penurunan tanah lebih cepat karena berada di zona pedataran aluvium pantai.

Baca Juga:Joe Biden Singgung Jakarta Akan Tenggelam di Markas Intelijen Amerika Serikat

Warga mencuci pakaian bersama anaknya saat banjir merendam rumah mereka di kawasan Kedoya Utara, Jakarta, Minggu (21/2/2021). [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja]
Warga mencuci pakaian bersama anaknya saat banjir merendam rumah mereka di kawasan Kedoya Utara, Jakarta, Minggu (21/2/2021). [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja]

Zona ini merupakan pantai yang dinamis yang terbentuk dari material aluvium dimana terdapat titik-titik pendangkalan dan pengerosian.

“Istilah pedataran aluvium pantai ini sudah diteliti seorang profesor Belanda sejak zaman penjajahan dulu. Ini merupakan pantai yang dinamis, di mana terdapat titik-titik pendangkalan, tetapi ada juga titik-titik yang mengalami pengerosian. Sementara pantainya terus bergerak karena dinamis dan di sisi lain karena penuh dengan aluvium, itu belum padu, belum kompak materialnya,” ujarnya.

“Lalu di atasnya diisi oleh manusia. Di bawahnya, karena umumnya berada di kawasan delta sungai dan dia [materialnya] belum kompak, maka diisi oleh air. Lalu, airnya diambil terus, maka menjadi kosong dan akhirnya lambat laun akan amblas,” sambung Dicky.

Oleh karenanya, lanjut Dicky, secara geologis, pedataran aluvium pantai merupakan wilayah yang rawan terjadi penurunan tanah lebih cepat.

TransJakarta mulai operasikan 28 rute layanan Mikrotrans setelah banjir Jakarta mulai surut. (Antara)
TransJakarta mulai operasikan 28 rute layanan Mikrotrans setelah banjir Jakarta mulai surut. (Antara)

Terlebih, pembangunan kerap tidak memperhatikan faktor lingkungan.

“Misalnya ada sungai diurug, danau diurug untuk pembangunan, padahal itu tempat air, akhirnya banjir,” imbuh Dicky.

Dia menambahkan bahwa potensi penurunan tanah lebih cepat juga diperparah dengan mencairnya es di wilayah kutub sebagai dampak pemanasan global hingga membuat muka air laut naik.

Lebih lanjut Dicky mengatakan pernyataan Joe Biden terkait masa depan Jakarta yang kini menyita perhatian publik tersebut sebenarnya menjadi momentun tepat untuk menyadarkan masyarakat terkait ancaman penurunan tanah lebih cepat, khususnya di Jakarta.

“Masyarakat harus sadar, contoh sederhana jangan membuang sampah, mengambil air tanah secara besar-besaran. Masyarakat harus peduli bersama-sama. Katanya masyarakat kita gotong royong, tepo seliro, tapi untuk urusan begini kayanya masih belum. Ini momentum tepat untuk menyadarkan masyarakat,” tegasnya.

Dicky kembali menekankan untuk mengatasi persoalan ini tidak cukup hanya dengan regulasi.

Dicky menyebut kesadaran masyarakat menjadi poin besar dalam penanganan masa depan Jakarta yang diprediksi bakal tenggelam itu.

“Ini poin besarnya bukan kebijakan pemerintah. Gak bisa diregulasi, tapi butuh tatanan praktis,” tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini