DLH Tangsel Tak Tutup TPS Liar di Pondok Betung: Kita Intervensi Sampahnya, Bukan Lahannya

Bakal menghentikan pembakaran sampah dan mengangkut sampah yang ada ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang.

Rizki Nurmansyah
Kamis, 23 September 2021 | 15:14 WIB
DLH Tangsel Tak Tutup TPS Liar di Pondok Betung: Kita Intervensi Sampahnya, Bukan Lahannya
Tumpukan sampah dibakar di TPS Jalan Wijaya Kusuma Ujung X Gang Sawo 1 RT 13 RW 1 Kelurahan Pondok Betung, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Selasa (21/9/2021). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

"Air sampahnya langsung ke bawah (tanah), hilang. Nggak masuk ke kali, meresap ke bawah (tanah), karena tadinya lahan ini rawa. Luas lahannya sekira 2.000 meteran," bebernya.

Warga yang membuang sampah di lapak Darkim itu tak gratis. Setiap kepala keluarga (KK) harus membayar iuran Rp 25 ribu setiap bulan. Uang iuran itu, langsung dibayarkan warga ke pekerja yang berkeliling mengangkut sampah tersebut.

"Warga bayar, kalau nggak bayar mana mau capek ngambilin, Rp25 ribu perbulan," sebutnya.

Saat ini, lahan sampah pengolahannya pun terancam ditutup lantaran adanya warga yang mengeluh ke pihak Dinas Lingkungan Hidup, Kota Tangerang Selatan.

Baca Juga:Akibat Sampah Menumpuk, Kawasan Perempatan Mampang Depok Banjir

Menghadapi ancaman itu, Darkim pun heran. Pasalnya, sudah 31 tahun dia mengolah limbah rumangtangga, baru kali ini dipersoalkan bahkan diminta ditutup.

"Kalau ada keluhan dari warga, kenapa baru sekarang? Kan sudah 30 tahun lebih di sini. Kita cuma bantu warga buat mengolah limbahnya di sini, lahannya juga sewa milik pribadi bukan punya pemerintah," ungkap Darkim heran.

Tumpukan sampah di TPS Jalan Wijaya Kusuma Ujung X Gang Sawo 1 RT 13 RW 1 Kelurahan Pondok Betung, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Selasa (21/9/2021). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]
Tumpukan sampah di TPS Jalan Wijaya Kusuma Ujung X Gang Sawo 1 RT 13 RW 1 Kelurahan Pondok Betung, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Selasa (21/9/2021). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

Jika nantinya lapak miliknya harus ditutup, Darkim meminta solusi dari pemerintah. Salah satunya dengan meminta mobil pengangkut sampah agar tetap bisa bekerja mengangkut sampah warga.

Pasalnya, hanya itu yang dianggap Darkim sebagai satu-satunya mencari nafkah yang dia bisa lakukan di usia senjanya.

"Kalau sampah ditutup begitu saja kasihan kita. Bagaimana anak saya cucu saya. Wong cilik mau kemana. Jadi solusinya kita minta mobil kecil buat pengangkut sampah," pintanya.

Baca Juga:Viral Kondisi Asrama Mahasiswa Karawang, Berdampingan dengan Tikus dan Kalajengking

Kini, dia dan pekerja lainnya tengah berupaya agar pemilik lahan tetap mau menyewakan lahannya itu untuk mengolah sampah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak