SuaraJakarta.id - Upaya salah satu penyandang tuna rungu atau teman tuli ini patut diapresiasi. Semula takut bekomunikasi dengan orang lain, kini ia justru ingin memberi motivasi dan bisa menginspirasi teman tuli lainnya.
Tetapi, proses itu tidak mudah. Dia harus berani melawan kecemasan dari trauma bully yang pernah dialami untuk berinteraksi dan berbaur dengan orang banyak.
Namanya Muhamad Arif Adly atau akrab disapa Roy. Usianya kini sudah menginjak 20 tahun. Dia sudah menjadi teman tuli sejak kecil.
Kondisi itu membuatnya tak percaya diri hingga menutup diri untuk bermain dengan teman sebayanya.
Baca Juga:8 Kabar Hoaks yang Viral Sepekan: Dorce dan Roy Kiyoshi Meninggal, Benarkah?
Situasi itu diperparah setelah dirinya dijauhi bahkan dibully saat mencoba bermain dengan teman sebayanya yang punya pendengaran normal atau non-disabilitas.
Tetapi sekarang semuanya sudah berubah. Roy kini tampak percaya diri. Bisa beradaptasi dengan banyak orang setelah bekerja di Serona Coffee, kedai kopi di Bintaro Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Roy merupakan satu dari sejumlah teman tuli yang bekerja di sana. Ia mendapat pekerjaan itu berkat ibunya. Bahkan, saat proses wawancara kerja pun harus didampingi sang ibu lantaran Roy masih takut bersosialisasi.
Tak hanya itu, bahkan saat hari pertama kerja pun, Roy harus ditunggui oleh ibunya seharian penuh. Pasalnya, Roy baru pertama kali bekerja dan berhadapan dengan banyak orang.
"Saya belum pernah kerja. Semula ditawari kerjaan sama mamah. Datang jam 11 siang untuk wawancara kerja. Tentu masih malu dan takut. Aku belum bisa bersosialiasi," kata Roy menggunakan bahasa isyarat yang diterjemahkan Owner Serona Coffee Romadhonal Qodarul Akbar kepada SuaraJakarta.id—grup Suara.com—beberapa waktu lalu.
Baca Juga:Video Siswi SD Dibully, Dianiaya Siswa SMP, Ini Kata Polisi
Teman Baru
Kondisi itu hanya berselang sehari. Keesokan harinya Roy memberanikan datang seorang diri tanpa ditemani ibu. Hal itu dia lakukan setelah diyakinkan oleh owner-nya dan mulai memiliki teman baru.
"Hari pertama kaget, karena pengunjung langsung ramai, banyak orang takut. Tapi diajari sama tim dan teman-teman, akhirnya bisa senyum dan enjoy," ungkap Roy.
"Bahkan saya cerita ke mamah kalau sekarang sudah punya teman baru. Selama ini bosan, sekarang bisa main, ngobrol. Pertama kali bisa ngobrol dan teman-teman mendengar, jadi tidak takut lagi bersosialisasi," tambah Roy bangga.
Roy mengaku, dulu dirinya sempat mendapat perundungan oleh temannya. Bahkan, Roy tak punya teman lantaran orang yang dia dekati justru menjauh karena dirinya tak bisa berkomunikasi secara verbal.
"Saya enggak pernah berantem, tapi pernah di-bully, tapi saya yang minta maaf meskipun disalah-salahin. Enggak tahu di-bully sama teman-teman karena apa. Pernah saya datang menghampiri lima orang, tapi langsung pergi," ungkap Roy.
Lebih Percaya Diri
Tetapi, tak lama usai itu. Roy kemudian mendapat teman baru. Salah satunya ternyata menjadi owner di tempatnya bekerja. Dia tak menyangka setelah beberapa tahun tak bertemu, kini justru berada di satu tempat.
"Terakhir ketemu itu tahun 2016, sekarang dia jadi bos saya. Dia juga bantu saya buat bisa sosialisasi dan terbiasa buat berinteraksi sama banyak orang di sini," beber Roy.
Dengan lingkungan itu, Roy merasa nyaman dan menikmati pekerjaanya itu. Setiap hari, jika mendapat jadwal pagi, anak ketiga dari tiga bersaudara itu harus berangkat dari rumahnya di Ciledug, Kota Tangerang, pukul 05.00 WIB.
Itu dilakukan agar tak terlambat datang ke Serona Coffee yang diakui memakan waktu dua jam perjalanan.
Setelah berhasil mengatasi kecemasannya itu, Roy kini justru lebih percaya diri. Dia merasa senang diajak berkomunikasi oleh pengunjung yang datang. Bahkan dia antusias ketika diajak berfoto baik oleh pengunjung maupun awak media yang meliput.
"Sekarang enjoy, senang kalau diajak komunikasi dan berfoto sama pengunjung," pungkasnya.
Kontributor : Wivy Hikmatullah