Menilik Pencucian Benda Pusaka di Tangsel, Tradisi Silaturahmi Keturunan Pangeran TB Atif

Benda pusaka yang dicuci itu sudah ada sejak abad 15 lalu sejak era Sultan Ageng Tirtayasa.

Rizki Nurmansyah
Rabu, 20 Oktober 2021 | 18:30 WIB
Menilik Pencucian Benda Pusaka di Tangsel, Tradisi Silaturahmi Keturunan Pangeran TB Atif
Sejumlah benda pusaka peninggalan Pangeran Banten Tubagus Muhammad Atief, atau yang lebih dikenal dengan sebutan TB Atief, saat dilakukan ritual pencucian oleh para keturunannya di Cilenggang, Serpong, Tangsel, Rabu (20/10/2021). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

SuaraJakarta.id - Puluhan benda pusaka milik pendakwah Islam di Serpong, Tubagus Muhammad Atif, dicuci dan dibersihkan di Kampung Cilenggang, Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Rabu (20/10/2021).

Diketahui, TB Atif merupakan anak keenam Raja Kesultanan Banten Sultan Ageng Tirtayasa. Beliau datang ke Cilenggang Serpong pada 1667 untuk berdakwah sekaligus melawan penjajah Belanda.

Di sana, beliau menikahi wanita setempat bernama Siti Almiah. Beliau kemudian wafat pada 1721 dan dimakamkan di Keramat Tajug. Tajug merupakan sebutan warga Serpong untuk surau atau musholla.

Ketua Yayasan Tubagus Atif, Tubagus Imamudin mengatakan, penyucian benda pusaka merupakan salah satu tradisi yang dilakoni para keturunan Tubagus Muhammad Atif sebagai upaya merawat benda-benda peninggalan leluhurnya.

Baca Juga:Polres Tangsel Tak Lanjutkan Proses Hukum Pelaku Pencabulan, Pengamat Hukum: Keliru!

"Terkait dengan penyucian benda pusaka dari putra Sultan Ageng Tirtayasa ini memang sudah dilakukan sudah lama, ratusan tahun, dalam rangka menjaga dan merawat warisan budaya," kata TB Imam Rabu (20/10/2021).

Imam mengaku sadar bahwa ritual tersebut kadang memicu perdebatan. Tetapi, pihaknya tak ambil pusing lantaran tujuannya untuk merawat tradisi peninggalan leluhur.

"Kami sebagai anak punya kewajiban. Walaupun banyak jadi perdebatan, tapi bagi kami ini sebagai wujud mempertahankan warisan budaya leluhur kami dan wadah silaturahmi," ungkapnya.

"Apalagi bulan ini merupakan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang mana kami adalah bagian dari dzuriat dari Rasulullah SAW. Karena secara eksistensi, budaya, syiar sudah teruji dan terbukti. Mulai dari Sunan Gunung Jati, Sultan Maulana Hasanuddin Banten terakhir di Sultan Ageng Tirtayasa," tambah Imam.

Imam menerangkan, benda pusaka yang dicuci ada 27. Terdiri dari keris, tombak serta tempat penutup pusar TB Atif pemberian dari Sultan Ageng Tirtayasa, sewaktu TB Atief baru lahir.

Baca Juga:PPKM Level 2, Pemkot Tangsel Izinkan Tempat Karaoke dan Spa Beroperasi, Ini Syaratnya

Menurutnya, semula jumlah benda pusaka itu cukup banyak. Tetapi, seiring waktu berkurang lantaran dimiliki para keturunannya dan tak tahu lagi keberadaan benda pusaka tersebut ada di mana.

"Sebetulnya benda pusakanya banyak, tapi yang dapat kami pertahankan sekira 27. Termasuk yang dua ini berbeda, satu lontar berisi ayat Al Quran dan tutup pusar milik TB Atif pemberian dari Sultan Ageng Tirtayasa. Yang lain seperti biasa, keris dan tombak kerajaan," terang Imam.

"Ada keris lekukannya ada yang lima, ada yang enam. Dulu kan kita masih jaman dari Sultan Demak, mungkin pemberian ke Banten. Yang ada sekarang keris dan tombak. Golok-golok ini peninggalan zaman Belanda," sambungnya.

Imam yang juga menjabat Ketua Forum Dzuriat Kesultanan Banten menyebut, benda pusaka yang dicuci itu sudah ada sejak abad 15 lalu sejak era Sultan Ageng Tirtayasa. Benda pusaka itu dirawat lantaran memiliki nilai sejarah saat melawan penjajah Belanda.

"Iya, kalau bicara sejarahnya sudah pasti itu untuk melawan Belanda dalam rangka mempertahankan kedaulatan NKRI saat itu. Karena untuk menjaga dan juga syiar," ungkapnya.

Dalam proses penyuciannya, puluhan benda pusaka itu dicuci menggunakan jeruk nipis, air bunga serta air kelapa. Jeruk nipis digosok-gosokan ke benda pusaka hingga bersih dari karat.

Setelah bersih, benda pusaka yang didominasi keris dan tombak itu kemudian dibaluri minyak misik. Setelah itu, kemudian dibungkus kembali menggunakan kain putih dan hijau.

"Treatment-nya hanya menggunakan jeruk nipis, air kelapa dan bunga-bunga. Itu secara teori katanya jeruk nipis bisa menghilangkan karat, orang tua kita sudah pakai (itu sejak) dulu dan kita tetap pertahankan," paparnya.

Dari beragam benda pusaka itu, lontar yang bertuliskan ayat Al Quran punya sisi unik tersendiri. Diusianya yang sudah puluhan tahun, bentuk daunnya masih utuh terhindar dari pelapukan. Bahkan, isi ayat Al Quran yang tertulis di daun lontar itu berubah-ubah.

Tiga tahun lalu misalnya, lanjut Imam, di daun lontar itu tertulis ayat surat Ar Rahman. Tapi saat dibuka pada Rabu (20/10/2021), yang terdapat dalam lontar tersebut adalah ayat Surat Yusuf.

"Buktinya ada, yang berbicara bukan saya sendiri karena tiap tahun saya buka dan masyarakat melihat sendiri. Saya berpikir positif saja, terlepas itu ada perubahan, yang kita lihat adalah nilai sejarahnya bahwa ini bagian dakwah dzuriat TB Atief melalui daun lontar ini," ungkap Imam.

Usai dicuci dan dibersihkan, puluhan benda pusaka itu kembali disimpan rapi dengan balutan kain putih dan hijau. Rangkaian acara tersebut nantinya akan ditutup dengan pembacaan doa peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang akan dilaksanakan di Keramat Tajug, Rabu (20/10/2021) malam.

Kontributor : Wivy Hikmatullah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini