Gambang Kromong Naga Putri di Tangsel: Antara Akulturasi Budaya Tionghoa dan Betawi, Seni hingga Toleransi

Koh Bandit bercerita, orkes gambang kromong Naga Putri ini merupakan warisan orangtuanya yang juga pegiat seni musik.

Rizki Nurmansyah
Selasa, 01 Februari 2022 | 08:05 WIB
Gambang Kromong Naga Putri di Tangsel: Antara Akulturasi Budaya Tionghoa dan Betawi, Seni hingga Toleransi
Pemilik orkes gambang kromong Naga Putri, Thio Guan Lit atau dikenal Koh Bandit, ditemui di kediamannya di Pasar Lama Cilenggang, Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Senin (31/1/2022). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

SuaraJakarta.id - Gambang Kromong merupakan salah satu orkes musik yang lekat dengan akulturasi. Meski berasal dari Cina, gambang kromong kini banyak dikenal sebagai salah satu kesenian Betawi.

Di Kota Tangerang Selatan ada pegiat orkes gambang kromong yang cukup populer. Orkes tersebut bernama Naga Putri yang dipimpin oleh Thio Guan Lit atau dikenal Koh Bandit yang berada di Pasar Lama Cilenggang, Serpong, Tangsel.

Koh Bandit bercerita, orkes gambang kromong Naga Putri ini merupakan warisan orangtuanya yang juga pegiat seni musik. Dia mulai terjun di dunia kesenian yang merupakan akulturasi budaya Tionghoa dan Betawi itu sejak usianya 17 tahun.

Baca Juga:Perayaan Imlek di Vihara Bahtera Bhakti Ancol Dibatasi hingga Pukul 19.00 WIB

Hingga saat ini, kata dia, sudah tiga kali gambang kromongnya berganti nama. Terakhir kini menjadi Naga Putri dan namanya sudah terkenal di para penikmat gambang kromong baik di Tangsel, Tangerang hingga Bogor.

"Kalau untuk sejarah, gambang kromong aslinya bukan dari sini, tapi dari Cina. Ada untuk pesta nikah, ya sekarang dipanggilnya gambang kromong Betawi. Padahal aslinya dari Cina, cuma jatuh ke Indonesia aja jadi bagian kita aja," katanya ditemui di kediamannya, Senin (31/1/2022).

Menurutnya, sebagai pelaku seni yang sudah terjun sejak remaja, tak mudah agar gambang kromong miliknya dikenal dan dapat panggilan pentas diberbagai acara.

Dia dan krunya, dahulu harus bersusah payah datang ke kampung-kampung memikul peralatan. Mulai dari gambang kromong serta sound system dan alat pendukung lainnya.

"Ya kita suka dukanya sudah banyak, ada yang blangsak di jalan. Dulu belum ada sound system masih toa pakai aki, alat dipikul. Sekarang sudah enak alat dibawa pakai mobil dan sudah modern," ungkapnya.

Baca Juga:Pantau Imlek, Kasatpol PP Jakpus Tegaskan Tak Boleh Ada Atraksi Barongsai: Omicron Meningkat

Toleransi Beragama

Koh Bandit mengaku, dalam sekali pementasan dirinya membawa 12 kru dan lima penyanyi laki-laki dan perempuan. Menariknya, meski gambang kromong merupakan akulturasi budaya Cina dan Betawi, tapi banyak dari kru Naga Putri merupakan muslim.

Meski begitu, hal itu bukan hambatan bagi gambang kromongnya. Justru, kata Bandit, kehadiran para kru yang muslim itu menjadi kesempatan dirinya untuk memahami aktivitas yang dilakukan muslim. Terutama soal waktu salat fardu.

Menurutnya, dirinya harus sangat memahami waktu-waktu salat fardu para krunya agar memberi waktu mereka beribadah dan sekaligus beristirahat.

Pemilik orkes gambang kromong Naga Putri, Thio Guan Lit atau dikenal Koh Bandit, ditemui di kediamannya di Pasar Lama Cilenggang, Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Senin (31/1/2022). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]
Pemilik orkes gambang kromong Naga Putri, Thio Guan Lit atau dikenal Koh Bandit, ditemui di kediamannya di Pasar Lama Cilenggang, Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Senin (31/1/2022). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

Meski berbeda agama, tapi Koh Bandit paham dan kondisi itu dijadikan bekal untuk semakin membuka jaringan, silaturahmi dalam setiap acara di tempatnya pementasan.

"Jadi kalau waktunya salat ya istirahat. Kita kudu ngejiwain, bukan mentang-mentang dia di bawah kita, bisa maksa. Waktunya salat ya salat, apalagi kalau di kampung orang. Kalau waktunya salat kalau kita main ya bisa diusir sama orang," papar Koh Bandit.

Diterpa Kabar Hoaks

Dua tahun diterpa pandemi, Koh Bandit mengaku, dirinya cukup kelimpungan. Pasalnya semua agenda pementasan yang sudah terjadwal harus dibatalkan. Bahkan akibat terlalu lama tak dapat job, sempat beredar kabar bahwa gambang kromong miliknya sudah bubar.

"Semua job batal, ada hampir 19 panggung itu gagal semua. Kemarin ada teman yang sampai menyebarkan kabar kalau saya sudah bubar, sudah enggak jalan, alatnya juga sudah dijualin," ungkapnya.

Kini Koh Bandit sudah genap berusia 71 tahun. Dia mengaku sebagai sosok tertua pemimpin gambang kromong se-Tangerang Raya.

Di tahun 2022 ini, Koh Bandit justru memulai lagi dengan semangat baru. Kabar hoaks yang menyebut grup gambang kromongnya bubar, juga menjadi penyulut semangatnya untuk bergerak. Bahkan, sound system miliknya kini diperbarui satu set full.

Pemilik orkes gambang kromong Naga Putri, Thio Guan Lit atau dikenal Koh Bandit, ditemui di kediamannya di Pasar Lama Cilenggang, Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Senin (31/1/2022). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]
Pemilik orkes gambang kromong Naga Putri, Thio Guan Lit atau dikenal Koh Bandit, ditemui di kediamannya di Pasar Lama Cilenggang, Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Senin (31/1/2022). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

Kini, dirinya sudah mendapat empat jadwal pementasan di acara pesta. Tersebar di Bogor dan Tangerang. Itu menjadi pementasan awal setelah mati suri hampir dua bulan lebih.

"Habis Imlek sudah ada 4 pentas di Bogor dan Tigaraksa Tangerang. Harus tiga bulan dari sebelumnya kalau mau panggil untuk pentas. Kalau enggak, keburu di-booking sama orang lain," pungkasnya.

Kontributor : Wivy Hikmatullah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini